A. PENGERTIAN
Pneumonia
adalah penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat (Misnadiarly,
2008). Pneumonia dalah infeksi akut pada
jaringan paru-paru (alveoli). (Devi Indriasari, 2009). Pneumonia adalah penyakit yang menyebabkan
konsolidasi pada parenkim paru (Valentina L. Brashers, 2007). Pneumonia dalah
inflamasi atau infeksi pada parenkim pulmo (Irman Somantri, 2007)
B. ETIOLOGI
1. Virus
Utama :
a. ISPA
atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
b. ISPA
bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri
Utama
Streptococus pneumoniae, Haemophilus
influenza, Staphylococcus aureus
3. Pada
neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis dan pada anak usia sekolah :
Mycoplasma pneumonia.
C. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi
4 tahap yaitu :
1. Tahap
prepatogenesis
Penyebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap
inkubasi
Virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3. Tahap
dini penyakit
Dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat
pneumonia.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut
Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi menjadi:
1.
Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa
demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan
gastrointestinal.
2.
Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih
cepat, dan dahak berwarna kehijauan seperti karet.
3.
Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi
napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dam ronki
4.
Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi
dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri
dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa
inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5.
Tanda infeksi ekstrapulmonal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat
menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada
bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa
lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris
terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat
juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent
dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll.
2.
Pemeriksaan
laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis,
biasanya 15.000 – 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan tenggorokan
dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin.
F.
FOKUS PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji :
1.
Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan
lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit
pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai.
2.
Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan
otot pernafasan tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
3.
Faktor perkembangan : umum , tingkat
perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti
tindakan yang dilakukan.
4.
Pengetahuan pasien/ keluarga :
pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan
dan tindakan yang dilakukan
G. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Bersihan
jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d
inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2. Gangguan
pertukaran gas kemungkinan b.d perubahan membran alveolar-kapiler
3. Hipertermi
kemungkinan b.d. proses infeksi
4. Resiko Infeksi kemungkinan b.d.
ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja
silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder,
penyakit kronis
5. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
kemungkinan b.d.
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam
dan proses infeksi
6. Resiko
kekurangan volume cairan kemungkinan b.d. intake cairan oral tidak adekuat,
kehilangan cairan aktif
7. Intoleransi
aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum.
(NANDA
Internasional 2012-2014 & Aplikasi NANDA NIC NOC 2013)
H. INTERVENSI
KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan yang lazim terjadi ( Aplikasi NANDA NIC NOC, 2013)
Diagnosa Keperawatan 1
Bersihan jalan nafas tak efektif kemungkinan
berhubungan dengan inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum.
1.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan
jalan napas bersih, dengan kriteria
hasil :
a.
RR batas normal 20-24x/m
b.
Sesak (-)
c.
Jalan napas aten dengan bunyi napas bersih
d.
Batuk (-)
e.
Pasien dapat mengeluarkan sputum
2.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
a.
Monitor dan auskultasi area paru, catat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan,
bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area
konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan / atau
ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme
jalan nafas / obstruksi.
b.
Bantu
pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / bantu
pasien mempelajari melakukan batuk, misal menekan dada dan batuk efektif
sementara posisi duduk tinggi. Rasional : Nafas dalam memudahkan
ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia
untuk mempertahankan jalan nafas paten.
c.
Anjurkan pada keluarga untuk memberi pasien cairan hangat sedikitnya
2500 ml ml/hari ( kecuali kontraindikasi ). Rasional : Cairan khususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
Kolaborasi
d.
Pengisapan
sesuai indikasi. Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas
secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif
atau penurunan tingkat kesadaran.
e.
Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran,
bronchodilator & analgesik Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi sekret.
Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyaman tapi harus
digunakan secara hati-hati karena dapat menekan pernafasan.
Diagnosa
Keperawatan 2
Gangguan pertukaran
gas dapat dihubungkan dengan ; perubahan membran alveolar –
kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
1.
Tujuan : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan kriteria hasil : GDA dalam rentang normal, tak ada
gejala distress pernafasan dan warna kulit tidak pucat.
2.
Tindakan / intervensi :
Mandiri :
a.
Kaji
frekuensi,
kedalaman dan kemudahan bernafas. Rasional
: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
b.
Observasi
warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer ( kuku ) atau
sianosis sentral. Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi
atau espon tubuh terhadap demam / menggigil.
c.
Awasi
suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan
kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.
d.
Beri posisi yang nyaman misal
semifowler atau fowler. Rasional : posisi yang nyaman meningkatkan masuknya
suplai O2 ke dalam tubuh.
Kolaborasi
e.
Berikan terapi oksigen sesuai terapi dari dokter.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah
mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode
yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
Diagnosa Keperawatan 3
Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit
1.
Tujuan : Diharapkan termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal, dengan kriteria hasil :
a.
Suhu tubuh pasien turun dan bertahan dalam batas
normal 35,60-37,40C
b.
Badan pasien teraba hangat
c.
TTV dalam batas normal
2.
Intervensi :
a.
Kaji faktor pencetus kenaikan
suhu tubuh. Rasional :
b.
Observasi TTV terutama suhu
tiap 4 jam. Rasional :
c.
Beri minum yang cukup. Rasional
:
d.
Libatkan keluarga untuk
memberikan kompres air hangat. Rasional :
e.
Pakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat. Rasional :
f.
Kolaborasi denagn dokter
mengenai obat antipiretik penurun panas. Rasional :
g.
Kolaborasi dengan dokter
mengenai pemberian cairan IV . Rasional :
Diagnosa Keperawatan 4
Resiko Infeksi kemungkinan berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan),
tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis.
1.
Tujuan : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang
tanpa komplikasi, mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
2.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
a.
Pantau tanda vital dengan ketat, khusus
selama awal terapi.
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat
terjadi.
b.
Ubah
posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.
Rasional : meningkatkan pengeluaran,
pembersihan infeksi.
c.
Batasi pengunjung sesuai indikasi. Rasional : menurunkan
pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
d.
Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual. Rasional : mencegah penyebaran / melindungi
pasien dari proses infeksi lain.
e.
Anjurkan pasien memperhatikan
pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret. Rasional : Pengeluaran sputum amat penting,
perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya
infeksi sekunder.
f.
Ajarkan tehnik mencuci tangan yang baik.
Rasional : Efektif berarti
menurunkan penyebaran / tambahan infeksi
g.
Kolaborasi pamberian antimikrobial
sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum / darah, misalnya penicillin,
eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin & amantadin. Rasional : untuk membunuh kebanyakan
microbial. Komplikasi antiviral dan antijamur mungkin digunakan bila pneumonia
diakibatkan oleh organisme campuran.
Diagnosa
Keperawatan 5
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam
dan proses infeksi.
Tujuan:menunjukkan peningkatan
nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan berat badan.
a. Tindakan / intervensi :
Mandiri
1) Indentifikasi
factor yang menyebabkan mual / muntah misalnya : sputum banyak, pengobatan
aerosol, dispnoe berat, nyeri. Rasional : pilihan intervensi tergantung pada
penyebaran masalah
2) Berikan
wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien
dan dapat menurunkan mual.
3) Auskultasi
bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen. Rasional : Bunyi usus
mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
4) Berikan
makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali.
Diagnosa
Keperawatan 6
Resiko
kekurangan volume cairan b.d intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan
cairan aktif
1. Tujuan
: Mempertahankan masukan cairan secara
adekuat
2. Kriteria
hasil :
a.
Mempertahankan
berat jenis urine dalam batas normal
b.
Tanda-tanda vital normal
c.
Tidak terlihat mata cekung, kulit lembab,
membran mukosa lembab
3. Intervensi
:
a.
Kaji faktor penyebab resiko kekurangan cairan.
Rasional : mengetahui penyebab akan menentukan intervensi yang akan dilakukan
selanjutnya.
b.
Monitor
status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah normal).
Rasional : status hidrasi yang buruk menunjukkan tanda dan gejala terjadinya
kekurangan cairan.
c.
Monitor hasil laborat yang tepat (BUN ↑,
↓ HCl, kepekatan urine). Rasional : menunjukkan tanda dan gejala terjadinya
kekurangan cairan.
d.
Berikan
cairan yang disukai dalam batas diit.
Rasional : cairan yang disukai meningkatkan asupan cairan yang masuk dalam
tubuh, intake cairan tercukupi.
e.
Ajarkan
pada keluarga bahwa kopi, teh,
jus buah anggur menyebabkan diuresis dan menambah kehilangan cairan.
Rasional : keluarga paham meningkatkan kerjasama untuk menghindari terjadinya
kekurangan cairan pada pasien.
f.
Kolaborasi
pemberian
cairan IV sesuai terapi dokter. Rasional : mencukupi cairan yang tidak bisa
masuk melalu oral.
Diagnosa
Keperawatan 7
Intoleransi
aktifitas kemungkinan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
1. Tujuan : Melaporkan /
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan
tak adanya dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.
2. Tindakan / intervensi :
Mandiri
a. Monitor
respons pasien terhadap aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b.
Berikan
lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan stress
dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan
pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat. Rasional :
Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan.
d.
Bantu
pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur
Rasional : Pasien mungkin
nyaman dengan kepala lebih tinggi.
e.
Kolaborasi dengan fisioterapi jika
perlu. Rasional : Meningkatkan kemampuan aktivitas pasien sesuai kemampuan
maksimal.
DX 1 Bersihan jalan napas tidak efektif
DX
6 Resiko kekurangan volume cairan
Bersihan jalan nafas,
menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada
dispnoe.
DX 2 Gangguan
pertukaran gas
Perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tak ada
gejala distress pernafasan.
DX 3 Hipertermi
Termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal
DX 4 Resiko
Infeksi
Perbaikan
infeksi berulang tanpa komplikasi
DX 5 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Menunjukkan
peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan berat badan.
Mempertahankan masukan cairan secara
adekuat
DX
7 Intoleransi aktivitas
Peningkatan
toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe,
kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal
DAFTAR PUSTAKA
Brashers,
Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen Edisi 2.
Jakarta : EGC
Herdman,
T. Heather. 2012. NANDA Internasional
Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Indriasari,
Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z
Deteksi, Obati dan Cegah Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Grhatama
Misnadiarly.
2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas
Pneumonia pada Anak, Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor
Populer : Jakarta
Nurarif,
Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi
NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing
Somantri,
Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :
Salemba Medika