Minggu, 07 Desember 2014

ASKEP GLAUKOMA KMB

BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.  Menjelaskan pengertian glaukoma.
2.  Menjelaskan patofisiologi glaukoma.
3.  Menjelaskan penyebab glaukoma.
4.  Menjelaskan tanda dan gejala glaukoma.
5.  Menjelaskan klasifikasi glaukoma.
6.  Menjelaskan pemeriksaan diagnostik glaukoma.
7.  Menjelaskan penatalaksanaan medis glaukoma.
8.  Menjelaskan fokus pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, serta perencanaan pada glaukoma.

C.   TUJUAN
1.  Untuk mengetahui pengertian glaukoma.
2.  Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
3.  Untuk mengetahui penyebab glaukoma.
4.  Untuk mengetahui tanda dan gejala glaukoma.
5.  Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
6.  Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik glaukoma.
7.  Untuk mengetahui penatalaksanaan medis glaukoma.
8.  Untuk mengetahui fokus pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, serta perencanaan pada glaukoma.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan intraokular dan pencekungan serta atrofi nervus opticus yang menghasilkan defek pada lapang pandang dan dapat menyebabkan kebutaan (John H. Direkx, 2004).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan kompleks yang ditandai dengan degenerasi progresif dari sel-sel ganglion retina, menimbulkan kecacatan visual, yang mencerminkan atrofi saraf optik, dengan gambaran klinis yang khas. (M. Gemenetzi dkk, 2012).
Glaukoma adalah sebuah neuropati optik terkait dengan kematian progresif sel-sel ganglion retina  dan akson mereka, dan terkait hilangnya bidang visual (Johns Hopkins dkk, 2012).

B.   PATOFISIOLOGI
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran Aqueus humor dimana  secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor yang mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem.  Tekanan  intra okuler (TIO)  dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung keseimbangan produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke saraf optik  atau nervus optikus dan retina sehingga dapat merusak serabut saraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya  menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.


C.   ETIOLOGI
       Menurut Marlene Hurst, 2008 :
1.  Umur : Umur, terutama setelah usia 60, adalah nomor satu faktor risiko untuk pembentukan glaukoma.
2.  Ras : Mereka dari Afrika Amerika, Meksiko-Amerika, atau keturunan Asia-Amerika memiliki risiko lebih besar daripada bule untuk mengembangkan glaukoma. Glaukoma jauh lebih mungkin menyebabkan kebutaan permanen dalam kelompok-kelompok.
3.  Riwayat keluarga glaukoma : Sebuah riwayat keluarga glaukoma menempatkan seseorang pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan glaukoma. Diperkirakan glaukoma dapat memiliki link genetik. Itu berarti bahwa mungkin ada kerusakan pada satu atau beberapa gen yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan terhadap pengembangan glaukoma.
4.  Kondisi medis : Ada beberapa penyakit yang dapat berkontribusi pada pengembangan glaukoma. Ini termasuk diabetes, hipertensi yang tidak terkontrol, penyakit jantung, dan hipotiroidisme.
5.  Luka fisik : Trauma mata, terutama jika parah, dapat menyebabkan peningkatan tekanan bola mata. Lensa mata juga dapat menjadi dislokasi, yang dapat mengakibatkan penutupan sudut drainase.
6.  Dekat-sightedness : Hampir-sightedness menyebabkan benda-benda di kejauhan terlihat kabur. Hal ini meningkatkan risiko mengembangkan glaukoma.
7.  Penggunaan kortikosteroid : Penggunaan jangka panjang kortikosteroid meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan glaukoma sekunder.
8.  Kelainan mata : Beberapa kelainan struktural dari mata yang dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Glaukoma pigmen, salah satu contohnya, disebabkan oleh bagian belakang iris melepaskan butiran pigmen yang menghambat meshwork trabecular 3.

D.   MANIFESTASI KLINIS
       Menurut Marlene Hurst, 2008 :
1.  Glaukoma Sudut Terbuka
-    Tidak ada gejala : Pada awal pengembangan glaukoma, penumpukan cairan lambat, dan seperti bagian lain dari tubuh, dapat mengkompensasi untuk sementara waktu.Jadi individu bahkan mungkin tidak menyadari bahwa masalah telah dimulai dengan peningkatan TIO yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan saraf optik.
-    Kehilangan penglihatan perifer : Sebagai IOP terus meningkat, saraf optik menjadi terpengaruh. Tekanan ini kompres pada saraf optik dan penurunan suplai oksigen terjadi. Hasil Kerusakan saraf jika tidak ditangani. Akhirnya, orang tersebut kehilangan penglihatan perifer.
-    Visi terowongan dan akhirnya kebutaan : Sebagai glaukoma berlanjut, lebih banyak tekanan yang diberikan pada saraf optik ke titik yang terjadi visi terowongan. Jumlah kematian saraf optik menyebabkan kebutaan. Perlu diingat, glaukoma dapat terjadi pada satu atau kedua mata.
2.  Glaukoma Akut Sudut Tertutup
-    Tiba-tiba  sakit mata yang parah : Peningkatan tekanan intraokular terjadi tiba-tiba, menyebabkan onset mendadak sakit mata. Mata tidak punya waktu untuk mengimbangi ketika tekanan naik dengan cepat. Hal ini paling sering terjadi ketika orang itu duduk di ruangan gelap, yang menyebabkan mata melebar. Sudut berkurang, sehingga mengurangi atau occluding aliran aqueous humor.
-    Penglihatan kabur : Ini adalah penumpukan tekanan di dalam mata dan sekitar saraf optik yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
-    Halos sekitar lampu : Sekali lagi, itu adalah penumpukan tekanan di dalam mata dan sekitar saraf optik yang menyebabkan orang untuk melihat lingkaran cahaya.
-    Mual dan muntah : Nyeri berat dapat merangsang pusat muntah.
-    Kerasnya mata saat dipalpasi : Peningkatan tekanan dari cairan.
E.    KLASIFIKASI
1.    Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai tetapi seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga.
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekuler.  Sudut bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya perubahan degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya hambatan aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi iris dan siliare tetapi hal ini biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan biasanya diketahui dengan adanya peningkatan IOP dan sudut ruang anterior normal seperti: mata terasa berat, pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang , membesarnya titik buta. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
2.    Glaukoma Akut Sudut Tertutup
Glaukoma sudut tertutup akut adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau terjadinya penyempitan sudut antara iris dan kornea, Glaukoma ini lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu.
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aquaeos mengalir ke saluran schelemm. Di mana terjadinya penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, mengakibatkan penekanan kornea dan menutup sudut mata, Aqueous Humor tidak bisa mengalir keluar, bilik mata depan menjadi dangkal.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah: nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo (terlihat warna-warna) di sekitar cahaya, sakit kepala area mata, mual, muntah, bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea. Bila terjadi penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil dan jika tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
3.    Glaukoma Sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup tergantung pada penyebab.
4.    Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.

F.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan lapang penglihatan atau Perimetry bertujuan untuk melihat luasnya kerusakan syaraf mata. Selama pemeriksaan ini Anda akan diminta untuk melihat suatu titik di tengah layar dan menekan tombol ketika Anda melihat munculnya titik-titik cahaya di sekitar layar.
2.    Foto Syaraf Optik
Foto syaraf optik yang baik dapat membantu dokter mata Anda melihat hal-hal detil pada saraf optik Anda dan sekaligus mendokumentasikan perubahan / perkembangan pada saraf optik Anda dari waktu ke waktu.
3.    Tonometri
Digunakan untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering digunakan adalah appalansi yang menggunakan lamp (celah lampu) di mana sebagian kecil daerah kornea diratakan untuk mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur tekanan, selain itu ada juga metode langsung yang kurang akurat yang lebih murah, dan mudah adalah schiotz tonometer dengan cara tonometer ditempatkan lansung di atas kornea yang sebelumnya mata terlebih dahulu dianastesi.
4.    Gonioskopi
Digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk membedakan antara glaukoma sudut tertutup dengan glaukoma sudut terbuka.
5.    Oftalmoskopi
Digunakan untuk melihat gambaran bagian mata secara langsung diskus optik dan struktur mata internal.


G.   PENATALAKSANAAN MEDIS
Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan penglihatan yang terjadi akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau operasi yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut.
1.    Obat Tetes Mata
Obat tetes mata glaukoma adalah bentuk penanganan yang paling umum dan paling awal diberikan oleh dokter mata Anda.
2.    Pengobatan untuk Glaukoma sudut terbuka (Johns Hopkins dkk, 2012)
a.    Laser Trabeculoplasty (LTP)
Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang digunakan untuk menangani glaukoma sudut-terbuka. Laser trabeculoplasty merupakan sebuah prosedur di mana energi laser (argon, YAG, dioda) diterapkan untuk meshwork trabecular dalam upaya untuk mengurangi resistensi terhadap aliran keluar humor aqueous itu. Prosedur memerlukan anestesi topikal dan cermin suatu lensa kontak. Ada kalanya Anda tetap perlu melanjutkan penggunaan obat tetes mata glaukoma sesudah Laser Trabeculoplasty.
b.   Operasi Filtrasi Mata (Trabeculectomy)
Bila obat-obatan atau prosedur laser tidak dapat mengendalikan tekanan pada mata Anda, maka akan dilakukan tindakan operasi untuk membuat saluran baru yang akan memudahkan cairan mata keluar dari mata.
Trabeculectomy ialah bedah insisional yang paling umum dilakukan untuk menurunkan tekanan intraocular pada pasien glaukoma. Di bawah anestesi lokal , lorong yang dibuat pada limbus (persimpangan antara kornea dan sclera) memungkinkan humor aqueous mengalir dari ruang anterior ke ruang antara sklera dan konjungtiva, sehingga menurunkan tekanan intraocular.
Trabeculotomy umumnya digunakan untuk menurunkan intraokular tekanan pada glaukoma mempengaruhi bayi dan anak-anak tetapi juga digunakan pada dewasa dengan glaukoma sudut terbuka. Sebuah probe metal atau jahitan dilewatkan ke Kanal Schlemm , struktur di mana aqueous humor melewati saat keluar mata. Probe adalah digunakan untuk mengganggu jaringan yang biasanya menghambat aliran aqueous humor dari mata , sehingga meningkatkan outflow dan menurunkan tekanan intraokular.
c.    Perangkat drainase encer
Salah satu dari sejumlah implan plastik yang digunakan dalam bedah pengelolaan glaukoma dengan tujuan menurunkan tekanan intraokular. Semua perangkat terdiri dari sebuah tabung yang dimasukkan ke dalam mata dan piring terhubung ke tabung yang dijahit ke sclera dan ditutupi oleh konjungtiva. Aqueous humor bergerak melalui tabung dan keluar dari mata untuk mengeringkan di atas piring ke dalam ruang antara piring dan konjungtiva.
d.   Cyclophotocoagulation
Sebuah prosedur di mana energi laser digunakan untuk merusak silia, mengurangi jumlah aqueous humor yang mereka hasilkan dan dengan demikian menurunkan tekanan intraokular . Prosedur ini dapat dilakukan melalui sclera (eksternal cyclophotocoagulation) atau dari bagian dalam mata (endocyclophotocoagulation).
e.    Sclerectomy dalam
Sebuah prosedur di mana ahli bedah membuat bukaan pada konjungtiva untuk mengekspos sclera. Dokter bedah membedah flap parsial - ketebalan sekitar 5 mm lebar sekitar kedalaman satu - ketiga di sklera di limbus. Sebuah penutup kedua dibedah di bawah lipatan ini untuk meninggalkan lapisan sangat tipis dari jaringan dan untuk mengekspos kanal Schlemm. Flap ini mendasari scleral jaringan yang dihapus, dan ahli bedah menangkap atap kanal Schlemm dan menghapus strip yang sekitar 3 mm. Aqueous humor mampu menembus jaringan yang tersisa tanpa fullthickness lubang yang diperlukan. Flap eksternal kemudian dijahit di posisi semula dan konjungtiva dijahit kembali ke tempatnya.
f.     Viscocanalostomy
Sebuah prosedur bedah yang sama untuk sclerectomy dalam ( lihat di atas) tetapi juga mencakup viskoelastik disuntikkan ke kanal Schlemm secara melingkar dalam upaya untuk melebarkan kanal Schlemm. Flap eksternal kemudian dijahit di posisi semula dan konjungtiva dijahit kembali ke tempatnya .
g.    Canaloplasty
Sebuah prosedur yang dimulai dengan sclerectomy mendalam gabungan dan prosedur viscocanalostomy (lihat di atas) , setelah itu microcatheter dengan ujung diterangi adalah melewati kanal Schlemm untuk 360 derajat. Sebuah jahitan 10-0 prolene terkait dengan kateter dan ulir di sekitar kanal Schlemm untuk 360 derajat. Kedua ujung jahitan ini diikat di bawah ketegangan dalam upaya untuk memperluas kanal Schlemm. Flap eksternal kemudian dijahit di aslinya posisi dan konjungtiva yang diletakkan kembali pada tempatnya.
h.    Trabectome
Sebuah prosedur di mana ahli bedah membuat sayatan 1,7 mm melalui kornea perifer dan menyuntikkan viskoelastik ke ruang anterior. Trabectome perangkat kemudian dimasukkan ke ruang anterior dan , di bawah visualisasi menggunakan gonioscopy langsung dengan mikroskop operasi, yang Trabectome digunakan untuk mengikis sekitar satu kuadran trabecular jaringan. Trabectome menggunakan pulsa listrik, rendah energi untuk menguapkan jaringan trabecular, dan aspirasi digunakan untuk menghapusnya. Viskoelastik akan dihapus dan luka kornea dijahit ditutup.
i.      iStent
Sebuah perangkat di tempatkan ke dalam kanal Schlemm. iStent terbuat dari titanium nonferromagnetic. Salah satu ujung duduk di ruang anterior dan end posterior duduk di kanal Schlemm, memungkinkan cairan untuk memotong meshwork trabecular. itu perangkat dimasukkan di bawah visualisasi langsung ( menggunakan gonioscopy langsung) melalui 3 mm sementara sayatan kornea jelas. Setelah viskoelastik ditempatkan di ruang anterior, aplikator adalah melewati sayatan dan perangkat berlabuh ke dalam kanal Schlemm di sudut hidung. Viskoelastik dihapus dengan irigasi dan aspirasi.
j.      Emas shunt
Sebuah perangkat yang menghubungkan ruang anterior ke ruang suprachoroidal. Itu SOLX ™ Emas Shunt adalah persegi panjang emas 24 karat ( 3,2 x 5,2 mm ). Ada dua piring dengan alur di dalamnya untuk memungkinkan aliran yang lebih tinggi dari ruang tekanan anterior dengan tekanan rendah ruang suprachoroidal. Konjungtiva ini disinserted di limbus, dan scleral full-thickness Sayatan dibuat 2 mm posterior limbus.
Sebuah pisau sabit digunakan pada 90 persen scleral mendalam untuk mengarahkan bagian anterior shunt ke ruang anterior dan posterior untuk memotong 2 sampai 3 mm untuk mengarahkan segmen posterior ke dalam ruang suprachoroidal. Sayatan scleral ditutup dengan 10-0 jahitan nilon dan konjungtiva ditutup.
k.    Obat-obatan
·      Obat-obat miotik
-       Golongan kolinergik ( pilokarpin 1-4 % 5 kali sehari) Karbakol 0,75 – 3 %.
-       Golongan antikolineoterase (demekarium bromid, humorsol 0,25 %) Pilocarpine 0,25.
Pilocarpine adalah obat miotik yang dipilih dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka, biasanya diberikan dalam bentuk tetes mata atau tetesan membram (ocusert) yang biasanya diletakkan pada diatas/dibawah konjungtiva diberikan pada malam hari agar efek miotik stabil pada pagi harinya dan efek bertahan sampai seminggu, efek yang muncul biasanya seringkali menurunkan penglihatan selama 1 -2 jam dan dapat menyebabkan spasme mata yang sering pada orang-orang muda.
·      Obat penghambat sekresi aqioshumor (adrenergik)
-       Agen penghambat beta adrenergik /adrenigic beta bloker dapat digunakan secara mandiri atau kombinasi dengan obat-obat lain seperti Betaxolol mempunyai keuntungan sedikit efek samping pada pulmonal. Penekanan pada lakrimal selama satu menit dapat mencegah efek sisitemik yang cepat. Contoh : timolol meleate (timoptic) (tetes 0,25 dan 0,5 % 2 x sehari), Epineprin 0,5 – 2 % 1-2 x sehari, betaxolol hydrochloride (betoptic), levobunol hydraochloride (betagan) yang berefek memblok impuls-impuls adrenergik (sympathetik) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas.
·      Carbonican hidrase inhibitor
-       Asetazolamid (diamok 125-250 mg 4 x sehari.
-       Diklorfenamid (metazolamid).

3.    Pengobatan untuk sudut tertutup akut
a.    Bahan hiperosmotik
Yang biasanya diberikan pada keadaan yang akut yang berat dalam maksud menurunkan IOP dengan menyerap cairan dari mata, bila osmotik oral tidakefektif atau meyebabkan mual, manitol dapat diberikan secara intravenous. Contoh : glicerine, (glycerol, osmoglyn), mannitol (osmitrol), urea (ureaphil, urevert) berefek meningkatkan osmolaritas plasma darah, meningkatkan aliran aqueous humor ke plasma :
·      Gliserin (gliserol) p.o 1cc / kg BB. Dalam larutan 50 % air jeruk.
·      Manitol 20 % IV. 1-2 gram / Kg BB diberikan 60 tetes / menit.
b.    Miotikum pilokarpin 2-4 % 1 tts 3 x 5 menit kemudian 1 tts. 30 menit /2 jam. Selanjutnya 1 tts / jam sampai operasi.
c.    Karbonikan hidrase inhibitor
Asetasolamit langsung 500 mg/oral (2 tablet) lalu tiap 4 jam 250 mg, ethoxzolamide(cardase), dichlorhenamide (daramide), methazolamide (neptazane) berefek menghambat produksi aqueous humor.
d.   Terapi pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan apabila cara konservatif gagal untuk mengatur peningkatan IOP antara lain iridotomy/iredektomy dengan membuang sebagian kecil iris dan membuka saluran antara ruang posterior dan anteriordan biasanya kalau gagal dapat dilakukan trabeculectomy dengan membuat pembukaan antara anterior dan rongga subkojungtiva.

H.   FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.                Data demografi : Usia > 40 tahun.
2.    Riwayat penyakit mata keluarga.
3.    Riwayat penyakit mata dan riwayat operasi.
4.    Riwayat penggunaan obat-obatan (histamin, kostikosteroid).
5.    Riwayat gangguan penglihatan : lama , kapan terakhir periksa mata dan tonometri.
6.    Keluhan (tanda / gejala) yang menunjukkan adanya glaukoma seperti pada manifestasi klinis.
7.    Pemeriksaan fisik yaitu periksa TIO.
a.    Ada 2 cara periksa TIO
·       Digital (dengan jari tangan )
-       Kedua ujung jari telunjuk diletakan pada kelopak mata bagian atas.
-    Klien melirik ke bawah (jangan menutup mata, karena bola mata akan naik ke atas).
-    Tekan bergantian dengan kedua jari tersebut (seperti memeriksa abses).
Hasil : TIO normal Tn
TIO tinggi : Tn+1, Tn+2, TN+3 dst.
TIO rendah : Tn-1, Tn-2, Tn-3 dst.
·      Alat (tonometer)
Tonometer Schiotz alat ini paling sering dipakai dan mudah penggunaanya. Tonomewter aplanasi dengan alat ini didapatkan hasil yang lebih cermat, tetapi memelurkan slitlamp biomikroskop (mahal).
b.    Periksa papil syaraf optic
·      Alat oftalmoskop
Dilihat papil syaraf optik apakah ada cekungan akibat tekanan yang tinggi (“excavatio” = “cupping”). Luas cekungan dibanding dengan keseluruhan disk=cup / disc ratio (c/d ratio). Normal : c/d ratio 0- 0,3. Jika > 0,3 curiga adanya kelainan (kemungkinan juga kongenital).
c.    Periksa lapang pandangan
Diperiksa lapang pandangan sebtral dengan alat : TANGEN SCREEN, seluas 30° dari pusat tajam penglihatan. Untuk mengetahui adanya kerusakan akibat glaucoma dan untuk follow up glaukoma.
d.   Periksa bilik sudut mata depan
Sederhana dengan lampu senter, sinari iris dari samping, bila tidak ada bayangan, sudutnya dalam, sedangkan bila ada bayangan iris berarti sudut sempit.
e.    Periksa Tajam penglihatan (Visus)
Periksa ini rutin untuk semua klien mata. Pada glaukoma  : Visus 1/60 – 1/300; prognosis tidak baik. Visus 6/6  harus hati-hati, karena kemungkinan lapang pandanganya sempit. Visus tidak dapat dipakai sebagai : Ada tidaknya glaucoma.

8.    Pengkajian psikososial
a.    Kecemasan
b.    Mekanisme koping.

I.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Perubahan persepsi sensori penglihatan b.d. rusaknya serabut syaraf karena peningkatan TIO.
2.    Nyeri b.d. peningkatan TIO.
3.    Ansietas b.d. kehilangan penglihatan aktual atau potensial dan dampak penyakit kronis pada gaya hidup.
4.    Resiko cedera b.d. penurunan lapang pandang, kebutaan.
5.    Resiko infeksi b.d. luka operasi.
6.    Gangguan citra tubuh b.d. kebutaan.

J.     PERENCANAAN
1.    Penurunan sensori pengelihatan s.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO.
Tujuan : meningkatnya penurunan lapang pandang dapat dikurangi
Kriteria hasil :
-       Klien dapat meneteskan obat dengan benar.
-       Kooperatif dalam tindakan.
-       Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen.
-       Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut.
Intervensi :
a.    Kaji dan catat ketajaman pengelihatan.
b.    Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.
-       Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan.
-       Orientasikan thd lingkungan.

-       Letakan alat-alat yang sering dipakai dalam jangkuan pengelihatan klien.
-       Berikan pencahayaan yang cukup.
-       Letakan alat-alat ditempat yang tetap.
-       Berikan bahan-bahan bacaan dengan tulisan yang besar.
-       Hindari pencahayaan yang menyilaukan.
c.  Gunakan jam yang ada bunyinya.
d.  Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima  klien.
e.  Anjurkan pada alternatif bentuk rangsangan seperti radio, TV.

2.    Nyeri b.d. peningkatan TIO
Tujuan : Nyeri berkurang dan klien berada pada tingkat kenyamanan.
Kriteria hasil :
-       Klien tidak mengeluh nyeri.
-       Tekanan intra okular normal/turun.
-       Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a.    Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri. Gunakan tingkat skala nyeri untuk menentukan dosis analgetik.
b.    Pertahankan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang dan gelap dengan kepala ditinggikan 30° atau dalam posisi nyaman.
c.    Istirahatkan klien dalam ruangan yang tidak menyilaukan mata dengan posisi kepala agak ekstensi atau posisi yang nyaman bagi klien.
d.   Anjurkan tehnik relaksasi.
e.    Hindari mual muntah, berikan anti emetik bila perlu.
f.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.




3.  Ansietas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurangnya pengetahuan.
Tujuan : Ansietas berkurang
Kriteria hasil :
-       Berkurangnya perasaan gugup.
-       Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan.
-       Posisi tubuh rileks.
Intervensi :
a.    Hati-hati menyampaikan hilangnya pengelihatan secara permanen.
b.    Berikan kesempatan klien mengekspresikan tentang kondisinya.
c.    Pertahankan kondisi yang rileks.
d.   Jelaskan tujuan setiap tindakan.
e.    Siapkan bel di tempat tidur dan intruksikan klien memberikan tanda bila mohon bantuan.
f.     Pertahankan kontrol nyeri yang efektif.

4.    Resiko cedera berhubungan dengan penurunan lapangan pandang.
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera.
Kriteria hasil :
-       Klien dapat menjelaskan cara mencegah injury.
-       Klien mampu mendemontrasikan tentang kewaspadaan kecemasan.
-       Klien meminta bantuan petugas saat memenuhi kebutuhan.
Intervensi :
a.    Orientasikan klien terhadap lingkungan ketika tiba.
b.    Jelaskan asal mula penurunan penglihatan perifer dan hubungannya suka menabrak benda.
c.    Anjurkan untuk menengokkan kepala untuk melihat ke setiap sisi.
d.   Atur ruangan agar leluasa untuk berjalan-jalan.
e.    Lakukan modifikasi lingkungan untuk memindahkan semua bahaya:

-       Singkirkan rintangan pada tempar lalu lalang.
-       Sungkirkan gulungan dari kaki.
-       Singkirkan barang-barang yang mungkin dapat mencederai klien.
-       Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah terhadap bahaya yang mungkin terjadi.
5.  Resiko infeksi b.d. luka operasi.
     Tujuan : infeksi dapat dicegah/dikontrol.
     Kriteria hasil : terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
     Intervensi :
a.    Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
b.    Tingkatkan nutrisi yang cukup (bergizi dan mengandung vitamin A).
c.    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
d.   Monitor kerentanan terhadap infeksi.
e.    Inspeksi kondisi luka/insisi bedah.
f.     Instrusikan klien untuk minum antibiotik sesuai yang dianjurkan.
g.    Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi, serta cara menghindari infeksi.
6.  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi pada kulit yang mempengaruhi penampilan.
Tujuan : klien bisa menerima keadaannya.
Kriteria hasil : mendiskusikan strategi untuk mengatasi perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
a.    Kaji pengetahuan pasien trehadap adanya potensi kecacatan yang berhubungan dengan pembedahan dan atau perubahan kulit. R : memberikan informasi untuk menformulasikan perencanaan.
b.    Pantau kemampuan pasien untuk melihat perubahan bentuk dirinya. R : ketidakmampuan untuk melihat bagian tubunhya yang terkena mungkin mengindikasikan kesulitan dalam koping.

c.    Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaan mengenai perubahan penampilan dari pembedahan. R : memberikan jalan untuk mengekspesikan emosinya.
d.   Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat. R : meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang lebih membantu pasien.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Glaukoma merupakan bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin, apalagi glaukoma seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit dan pegal).



DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Edisi revisi. Jilid 1. Yogyakarta : MediAction
www.google.com Makalah Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma