BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Diabetes Mellitus adalah keadaan
hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk,1999). Diabetes
yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus akan memicu
timbulnya penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang
diakibatkan kadar gula yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam
perjalanan penyakit diabetes mellitus salah satunya adalah Keto Asidosis Diabetik dan Hiperglikemia
Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia.
Ketoasidosis diabetik adalah kondisi medis darurat yang
dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani secara tepat. Ketoasidosis diabetik
disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif di sirkulasi yang terkait
dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan
growth hormone. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada anak dengan diabetes mellitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas
terutama berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari
seluruh kematian akibat KAD.
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang
ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa
ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).
Angka kematian HHNK
40-50%, lebih tinggi daripada diabetik ketoasidosis. Karena pasien HHNK
kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Mengingat masih sedikitnya
pemahaman mahasiswa mengenai ketoasidosis diabetik dan Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia. Maka, perlu adanya
pembahasan mengenai asuhan keperawatan yang perlu dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TINJAUAN TEORI
1.
DEFINISI
a.
Ketosidosis diabetik
Keto asidosis Diabetik adalah keadaan
kegawatan atau akut dari DM tipe I disebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh
benda-benda keton akibat kekurangan atau defisiensi insulin, di karakteristikan
dengan hiperglikemia, asidosis, dan keton akibat kurangnya insulin (Stillwell,
1992).
KAD adalah suatu kedaruratan medik akibat
gangguan metabolisme glukosa dengan tanda-tanda hiperglikemia (kgd sewaktu >
300 mg/dL), hiperketonemia/ ketonuria dan asidosis metabolik (pH darah < 7,3
dan bikarbonat darah < 15 mEq/ L) (Hakimi dkk, 2006)
Ketoasidosis diabetikum
adalah merupakan trias dari hiperglikemia, asidosis, dan ketosis yang terlihat
terutama pada pasien dengan diabetes tipe-1. (Samijean Nordmark, 2008)
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan
dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh deÞ siensi insulin absolut atau
relatif (Soewondo, 2006)
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu
sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat
tanpa ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).
2.
ETIOLOGI
a.
Keto asidosis diabetik (KAD)
1)
Kekurangan
insulin
2)
Stressor-stressor
utama lain yang dapat mencetuskan diabetic ketoasidosis adalah pembedahan,
trauma, terapi dengan steroid dan emosional
3)
penyakit
atau keadaan yang meningkatkan kenaikan metabolisme sehingga kebutuhan insulin
meningkat (infeksi) dan peningkatan kadar hormon anti insulin (glukagon,
epinefrin, kortisol)
4)
pasien
baru DM tipe 1
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
1)
Lansia
dengan riwayat DM tipe 2 (NIDDM) atau tanpa DM
2)
Dehidrasi
akibat hiperglikemia
3)
Insulin
tidak cukup untuk mencegah hiperglikemia tetapi cukup untuk mencegah
ketoasidosis signifikan
4)
sakit
berat atau stres fisiologis pada pasien usia lanjut
3.
Manifestasi
Klinis
a. Ketoasidosis diabetik
1) Poliuria
2) Polidipsia
3) Poliphagi
4) Penglihatan kabur
5) Kussmaul ( cepat, dalam ) karena asidosis
metabolik
6) Lemah, sakit kepala
7) Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah
sistolik 20 mmHg atau > pada saat berdiri)
8) Anoreksia, Mual, Muntah
9) Nyeri abdomen
10) Hiperventilasi
11) Perubahan status mental (sadar, letargik,
koma)
12) Terdapat keton di urin
13) Nafas
berbau aseton
14) Kulit
kering
15) berkeringat
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
1)
Pasien
khas : lansia
2)
Malaise,
kelemahan, mialgia
3)
Dehidrasi
4)
Poliuria,
polidipsia dan kehilangan berat badan
5)
Tachikardi
6)
Perubahan neurologis :
a.
Perubahan sensori
b.
Kejang
c.
Hemiparesis
7)
Nyeri
perut, mual dan muntah
8)
Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas aseton
4. Patofisiologi
a.
Ketoasidosis
diabetik
Pada keadaan defisiensi insulin seluruh jaringan
tubuh seperti otot, lemak, dan hati tidak dapat memanfaatkan glukosa sehingga
terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia pada defisiensi insulin terjadi karena: glukoneogenesis
meningkat, glikogenolisis dipercepat, gangguan penggunaan glukosa oleh jaringan
perifer, dan atau pengaruh hormon anti insulin.
Secara klinis hiperglikemia akan menyebabkan
diuresis osmotik (poliuria) akan menyebabkan dehidrasi dan rasa haus. Dehidrasi
ini akan menyebabkan berat badan menurun. Hiperglikemia juga akan menyebabkan
hiperosmolaritas yang selanjutnya dapat mempengaruhi tingkat kesadaran pasien.
Defisiensi insulin akan menyebabkan lipolisis.
Lipolisis yang terjadi akan meningkatkan pengangkutan kadar asam lemak bebas ke
hati sehingga terjadi ketoasidosis (asam lemak menjadi badan-badan keton), yang
kemudian berakibat timbulnya asidosis metabolik, sebagai kompensasi tubuh
terjadi pernafasan kussmaul.
Adanya hiperlipidemia dan asidosis akan
menyebabkan keseimbangan elektrolit terganggu, terutama Na.
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
Pada dasarnya hampir sama dengan KAD letak
perbedaan ialah tidak terjadi ketoasidosis.
Tingginya kadar glukosa serum
akan dikeluarkan melalui ginjal, menimbulkan glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik
secara berlebihan (poliuria). Dampak dari poliuria akan menyebabkan kehilangan
cairan berlebihan yang akan
mengakibatkan dehidrasi.
Kegagalan tubuh mengembalikan ke
situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis
osmotik berlebihan dan dehidrasi berat
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesadaran pasien yang kemungkinan
dapat menyebabkan koma diabetik.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan
merasakan haus terus menerus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan
menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan
makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena
digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
5. Pathway
a.
Keto asidosis diabetik
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
6. Pemeriksaan Penunjang
a.
Keto asidosis diabetik
1) Kadar glukosa darah: > 300 mg /dl tetapi
tidak > 800 mg/dl
2) Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan
osmolalitas serum.
3) Analisis gas darah, BUN dan kreatinin.
4) Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai
gambaran lekositosis), HbA1c, urinalisis (dan kultur urine bila ada indikasi).
5) Foto polos dada.
6) Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria)
7) Aseton plasma (keton) : positif secara
mencolok
8) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya
kurang dari 330 mOsm/l
9) Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18]
+ [UREUM/6]
10) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat
2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4
bulan terakhir
11) Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH
< 7,3 dan penurunan pada HCO3 250 mg/dl
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
1)
Hiperglikemia
parah (BSL> 20mmol / L)
Plasma hiperosmolalitas> 320mmol / L;
dapat menyebabkan gejala neurologis
2)
Osmolalitas
plasma = 2 x (Na + K) + glukosa (mmol / L) + urea (mmol /)
3)
Ditandai
defisit air bebas 6-18 liter (urea: rasio kreatinin meningkat)
4)
Glikosuria
sekunder
5)
Tidak
adanya ketoasidosis signifikan : metabolik asidosis tidak ada atau ringan
6)
HypoNa
/ hyerpNa
7)
HypoNa
+ / hyperNa +
7. Penatalaksanaan
a.
Ketoasidosis diabetik
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi,
hiperglikemia, dan ketidakseimbangan elektrolit.
Fase I/Gawat :
1) Rehidrasi
a)
Berikan
cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm
selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
b)
Atasi
syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
c)
Bila
syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
d)
Rehidrasi
dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 – 48 jam).
e)
Bila
Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
f)
Koreksi
hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
g)
Monitor
keseimbangan cairan
2) Insulin
a) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB
(iv/im/sc)
b) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB
dalam cairan isotonic
c) Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam
pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali
d) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC
bila : AGD < 15 mEq/L ³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
e) Infus K (tidak boleh bolus)
(1) Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
(2) Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
(3) Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L
(4) Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
f) Infus Bicarbonat : Bila pH 7,1, tidak
diberikan
g) Antibiotik dosis tinggi : batas fase I dan
fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase
II/Maintenance:
1) Cairan maintenance
a) NaCl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b) Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
2) Kalium : perenteral bila K+ 240 mg/dL atau
badan terasa tidak enak.
3) Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan
sebelumnya. Bila tidak nafsu makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori
lain.
4) Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
8. Komplikasi
a.
Keto Asidosis
Diabetik
1) Edema paru
2) Hipertrigliserida
3) Hipokalsemia
4) Hiperkloremia
5) Hipokalemia
6) Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi umum dan penyebab
kematian dengan HHS
7) Peripheral Trombosis Vena
8) Pankreatitis
Pankreatitis akut merupakan komplikasi yang diakui dari
DKA pada orang dewasa.
9) Rhabdomyolysis
Rhabdomyolysis adalah komplikasi umum dari HHS dan
berhubungan dengan kegagalan ginjal.
10) Mucormycosis
Infeksi jamur akut, berkembang pesat, dan sering fatal
terjadi pada pasien muda dengan diabetes yang memiliki kontrol glikemik miskin
dan ketoasidosis.
11) Edema cerebral
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
1)
Koma.
2)
Gagal jantung.
3)
Gagal ginjal.
4)
Gangguan hati.
B.
TINJAUAN KASUS
1.
Primary Survey
a.
Airway
Pada
pasien dengan KAD jarang ditemukan sumbatan pada jalan napas, kecuali dalam
keadaan koma atau tidak sadar yang menyebabkan lidah klien dapat menyumbat
saluran napas.
b.
Breathing
Tachypnea
sampai pernapasan kussmaul.
c.
Circulation
Hipotensi
ortostatik dan tachycardia. Akral teraba dingin dan klien mengalami poliuri.
d.
Disability
Respon
neurologis klien dalam rentang sadar hingga koma, tergantung pada keparahan
atau derajat asidosis yang dialami klien. GCS klien disesuaikan kondisi klien
saat dibawa ke RS.
2.
Secondary survey
Pemeriksaan fisik
a.
Keto Asidosis Diabetik
1) Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)
pada KAD
2) Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
3) Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
4) Nyeri perut
5) Tampak lemah
6) Kulit kering, tapi berkeringat
7) Abdomen : tender,
penurunan bising usus, kaku, tidak adanya bising usus, tenderness rebound (DKA
berat).
8) Muskuloskeletal :
kelemahan, penurunan refleks tendon dalam (Krisanty, dkk.,2009).
b.
Hyperosmolar
Nonketotic Coma (HONK)
1)
Neurologi (stupor, lemah, disorientasi, kejang, reflek
normal,menurun atau tidak ada)
2)
Pulmonary (tachypnae, dyspnae, nafas tidak bau
acetone, tidak ada nafas kusmaul)
3)
Cardiovaskular (tachicardia,
capilary refill > 3 detik)
4)
Renal (poliuria,
tahap awal), oliguria (tahap lanjut), nocturia, inkontinensia
5)
Integumentary : membran mukosa dan kulit kering,
turgor kulit tidak elastis
3.
Diagnosa keperawatan
a.
Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik (pada KAD)
b.
Risiko
tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman (pH menurun)
akibat hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolisis
c.
Defisit
volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan (diuresis
osmotic) akibat hiperglikemia
d.
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan
insulin, makanan dan aktivitas
e.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan
f.
Perubahan
sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/ insulin/ elektrolit
4.
Intervensi keperawatan
a.
Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik (pada KAD)
Kriteria Hasil :
1)
Pola
nafas pasien kembali teratur.
2)
RR
pasien kembali normal
3)
Pasien
mudah untuk bernafas.
Intervensi:
1)
Kaji
status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
2)
Berikan
fisioterapi dada termasuk drainase postural.
3)
Penghisapan
untuk pembuangan lendir.
4)
Identifikasi
kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
5)
Kolaborasi
dalam pemberian therapi medis
b. Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran
gas b/d peningkatan keasaman ( pH menurun) akibat hiperglikemia,
glukoneogenesis, lipolisis
Kriteria Hasil :
1) RR dalam rentang normal
2) AGD dalam batas normal :
pH : 7,35 – 7,45 HCO3 : 22 – 26
PO2 : 80 – 100 mmHg BE : -2 sampai +2
PCO2 : 30 – 40 mmHg
Intervensi :
1) Berikan posisi fowler atau semifowler (
sesuai dengan keadaan klien)
2) Observasi irama, frekuensi serta kedalaman
pernafasan
3) Auskultasi bunyi paru
4) Monitor hasil pemeriksaan AGD
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
a) Pemeriksaan AGD
b) Pemberian oksigen
c) Pemberian koreksi biknat ( jika terjadi
asidosis metabolik)
c.
Defisit
volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan (diuresis osmotic)
akibat hiperglikemia
Kriteria Hasil :
1)
TTV
dalam batas normal
2)
Turgor
kulit dan capillary refill baik
3)
Keseimbangan
urin output
Intervensi :
1)
Observasi
pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
2)
Observasi
kepatenan atau kelancaran infus
3)
Monitor
TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan untuk setiap jam
4)
Observasi
turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
5)
Monitor
hasil pemeriksaan laboratorium :
a)
Hematokrit
b)
BUN/Kreatinin
c)
Osmolaritas
darah
d)
Natrium
e)
Kalium
6)
Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain dalam :
a)
Pemberian
cairan parenteral
b)
Pemberian
therapi insulin
d.
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan
: Berat badan stabil dan tingkat kekuatan energi tetap.
Intervensi
1)
Timbang BB tiap hari
2)
Tentukan program diet
dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
pasien.
3)
Auskultasi bising
usus, catat adanya nyeri abdomen, perut kembung, mual, muntahan makanan yang
belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi
4)
Berikan makanan cair
yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah
dapat mentoleransi melalui oral
5)
Identifikasi makanan
yang disukai/dikehendaki
6)
Libatkan
keluarga/pasien dalam perencanaan makanan
7)
Kolaborasi
a)
Lakukan pemeriksaan
gula darah denggan menggunakan finger stick
b)
Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti glikosa darah, aseton, pH dan HCO3
c)
Berikan pengobatan
insulin secara teratur dengan IV intermiten/ kontinyu (5 – 10 IU/jam) sampai
glukosa darah 250 mg/dl
d)
Lakukan konsultasi
dengan ahli diet
e. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
Intervensi:
1) Kaji atau diskusikan tingkat
kelelahan pasien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
2) Diskusikan dengan pasien
kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
3) Berikan aktivitas alternative
dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu.
4) Pantau nadi, frekuensi pernapasan
dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
5) Diskusikan cara penghematan
kalori selama mandi, berpindah tempat, dsb.
6) Tingkatkan partisipasi pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
f.
Perubahan
sensori penglihatan berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/ insulin/
elektrolit
Kriteria hasil :
1)
Klien dapat meneteskan obat dengan
benar.
2)
Kooperatif dalam tindakan.
3)
Menyadari hilangnya pengelihatan secara
permanen.
4)
Tidak terjadi penurunan visus lebih
lanjut.
Intervensi :
a)
Kaji dan catat ketajaman pengelihatan.
b)
Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang
dapat diterima klien.
c)
Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat
dilihat/tidak.
1) Sesuaikan
lingkungan dengan kemampuan pengelihatan.
2) Orientasikan
terhadap lingkungan.
d)
Letakan alat-alat yang sering dipakai
dalam jangkuan pengelihatan klien.
e)
Berikan pencahayaan yang cukup.
f)
Letakan alat-alat ditempat yang tetap.
g)
Berikan bahan-bahan bacaan dengan
tulisan yang besar.
Daftar Pustaka
Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Ed 4, jilid III. (2006). Jakarta: FKUI
Carpenito, Lynda
Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
Corwin, Elizaeth J.
(2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Hall, Jasse B.,
Schmitt, Gregors A.( 2007). Critical Care: Just The Facts. USA: Mc Graw-Hill
Companies inc
Long, Barbara C.
(1996). Perawatan Medical Bedah; Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
USA:Mosby
Morton, patricia
Gonce dkk. (2005). Critical Care Nursing A Holistik Approach.8th ed. USA:
Lippincot
Krisanty Paula,
dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta, Trans Info
Media, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Nurarif
Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Edisi
revisi. Jilid 1. Yogyakarta : MediAction
Soewondo dkk. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sumber
internet :
Gotera,
Wira dan Dewa Gde Agung Budiyasa. 2010. Penatalaksanaan Ketoasidosis
Diabetik (Kad).pdf
Hakimi dkk. Ketoasidosis Diabetik.pdf.
Divisi Endokrinologi FK USU/ RS.H. Adam Malik Medan
Ikhsanuddin
Ahmad. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Kegawatan Gangguan Sistem Endokrin; Kegawatan Diabetik.pdf
─
. Askep-gawat-darurat-ketoasidosis.pdf
─. Management of Hyperosmolar Nonketotic Coma (Honk).pdf. Intensive Care Unit, Prince of Wales Hospital,
Chinese University of Hong Kong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar