Minggu, 02 Februari 2014

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif)

A.    Pengertian
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
Napza adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.Narkotika UU no 22, tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabu-shabu, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis
B.     Jenis-Jenis Napza
1.      Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin, kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putaw, dimana putau mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.Opiate disahgunakan dengan cara disuntik atau dihisap, dengan nama jalannya adalah putau, ptw, black heroin, brown sugar. Opiate dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu :
a.       Opiate alamiah : morfin, opium, codein
b.      OPiate semi sintetik : heroin/putau, hidromorfin
c.       OPiate sintetik : meperidin, propoksipen, metadon.
2.      Kokain
Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar erythroxylon coca, yang berasal dari amerika selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya di kunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.Nama jalanan dari kokain adalah koka, coke, happy dust, charliesnow/ salju, putih.
3.      Kanabis (ganja )
Kanabis mengandung delta-9 tetra-hidrokana-binol(THC). Ganja yang dibentuk sebagai rokok merupakan tanaman yang sudah dikeringkan dan di rajang, kemudian dilinting seperti tembakau. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sindrom amotivasional, yaitu sekumpulan gejala yang timbul karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang lama dan dalam jumlah yang banyak sehingga mengakibatkan kemampuan bicara, baca, hitung akan menurun, kemampuan dan keterampilan sosial terhambat.
4.      Amfetamin
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo efinefrin, yang digunakan sebagai dekongestan. Amfetamin terdiri dari 2 jenis yaitu MDMA (methilene dioxi methamphetamine) / ekstasi dan mentafetamin (sabu-sabu).
5.      Lysergic acid (LSD)
Biasa didapatkan berbentuk seperti kertas berukuran kotak kecil, sebesar seperempat prangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
6.      Sedatif hipnotik (benzodiazepine)
Sedatif (obat penenang) hipnotik (obat tidur) yang disalahgunakan adalah benzodiazepam. Cara penggunaannya dapat melalui oral, intravena, atau rektal.
7.      Solvent/inhalansia
Adalah zat yang berbentuk gas dan dapat masuk kedalam tubuh melalui sistem pernapasan (paru-paru).
8.      Alkohol
Diperoleh dari proses permentasi madu, gula, sari buah, atau  umbi-umbian. Hasil permentasi ini dapat diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, tetapi dengan proses penyulingan dapat dihasilkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi, bahkan mencapai 100%.

C.     Etiologi penyalahgunaan NAPZA
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA meliputi:
1.      Faktor biologi
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alkohol. Perubahan metabolisme alkohol
yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.
2.      Faktor psikologik
a.         Tipe kepribadian ketergantungan
b.        Harga diri rendah biasanya sering b.d penganiayaan waktu masa kanak kanak
c.          Perilaku maladaptif
d.        Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
3.      Faktor sosiokultural
a.         Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
b.        Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti tembakau, alkohol
c.         Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
d.        Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan
D.  Rentang Respon Koping Penggunaan Zat
1.        Penggunaan zat adiktif secara eksperimental ialah:
Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
2.        Penggunaan zat adiktif secara rekreasional ialah:
Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.
3.        Penggunaan zat adiktif secara situasional ialah:
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual,sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat konflik, stress dan frustasi.
4.        Penyalahgunaan zat adiktif ialah:
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan.
5.        Ketergantungan zat adiktif ialah:
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.
E.     Perspektif Psikodinamika
              Perspektif psikodinamika yaitu individu yang mengalami masalah penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, khususnya pada alkohol mencerminkan adanya kepribadian ketergantungan oral. Individu tersebut mengalami fiksasi fase oral dalam perkembangan psikoseksualnya. Individu yang minum alkohol terlalu banyak (alkoholik) pada masa dewasa merupakan simbolisasi usaha untuk mencapai kepuasan oral. Dengan kata lain dinyatakan bahwa alkoholisme merupakan representasi fiksasi oral disebabkan oleh konflik ketidaksadaran pada masa kanak-kanak.
              Penyalahgunaan NAPZA dalam perspektif psikodinamika sangat dipengaruhi oleh kondisi individu pada awal masa kehidupan nya, sehingga intervensi pada masa kehidupan remaja menjadi tidak berarti. Dengan demikian pada masa remaja seolah-olah problema penyalahgunaan NAPZA adalah suatu masalah yang tidak dapat dikendalikan oleh remaja itu sendiri
F.       Tanda dan Gejala
1.        Eforia
2.        Mengantuk
3.        Konstipasi
4.        Penurunan kesadaran
5.        Mata merah
6.        Mulut kering
7.         Banyak bicara dan tertawa
8.         Nafsu makan meningkat
9.         Gangguan persepsi
10.     Pegendalian diri berkurang
11.     Jalan sempoyongan
12.     Memperpanjang tidur
13.     Hilang kesadaran
14.    Berkeringat dan bergetar
15.    Selalu terdorong untuk bergerak
16.    Cemas
17.     Depresi
18.     Paranoid
19.    Nyeri
20.    Mata dan hidung berair
21.    Perasaan panas dingin
22.    Gangguan daya ingat
23.    Muka merah
24.     Mudah marah
25.    Tangan gemear
26.    Mual muntah
27.    Kelelahan
28.    Energy berkurang
G.    Pemeriksaan Diagnostik
1.        Bahan terpenting yang harus diambil adalah urin
2.        Radio immuno-assay mendeteksipecandu apa bukan, dapat diketahui melalui uji nalorfin.
H.    Penatalaksanaan
1.      Pencegahan
1.         Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2.         Deteksi dini perubahan perilaku
3.         Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak pada narkoba.
2.      Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari.
3.      Pengobatan
a.        Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b.        Detoktifkasi dengan substitusi
Patau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon, substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut
c.         Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melaui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
I.        Pengkajian Keperawatan
1.        Data demografi
2.        Keluhan utama
3.        Riwayat penggunaan zat sebelum nya
4.        Riwayat pengobatan
5.        Faktor predisposisi
6.        Faktor presipitasi
7.        Pemeriksaan fisik
8.        Psikososial
9.        Konsep diri
10.    Hubungan soaial
11.    Spiritual
12.    Status mental
13.    Persepsi
14.    Proses pikir
15.    Isi pikir
16.    Tingkat kesadaran
17.    Memori

J.       Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan Intervensi
Dx.Kep
NOC dan kriteria Hasil
NIC
Koping individu tidak efektif  b.d ketidak mampuan untuk membuat penilaian
Setelah dilawatan dilakukan tindakan keperawatan selama......x....jam pasien mampu :
1.      Decision making
2.      Role inhasment
3.      Sosial support
Kriteria hasil :
1.    Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2.    Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif
3.    Mengatakan penurunan stress
4.    Klien mengatakan telah menerima keadaan nya
5.    Mampu mengidentifi kasi strategi tentang koping
1.    Decision Making
a.    Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain penanganan
b.    Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
c.    Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari keadaan
2.  Role Inhancement
a.   Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai kehidupan
b.  Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang dimiliki
Resiko tinggi terhadap kekerasan diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
Setelah dilawatan dilakukan tindakan keperawatan selama......x....jam pasien mampu :
1.    Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman
2.    Mencegah kemungkinan cedera diri sendiri atau orang lain
3.    Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal akan menolong klien kembali dalam realita
1.  Pertahan kan lingkungan dalam stimulus yang rendah
2.  Ciptakan lingkungan psikososial
3.  Observasi perilaku klien setiap 15 menit
4.  Singkirkan semua benda berbahaya
5.  Lindungi klien dan orang lain dari bahaya kekerasan
6.  Tingkatkan peran serta keluarga dalam setiap tindakan perawatan
7.  Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
8.  Lakukan fiksasi jika perlu
9.  Berikan obat-obat anti psikotik sesuai program terapi dan pantau efek samping obat.
Defisit perawatan diri (mandi) bd penurunan ,motivasi
Setelah dilawatan dilakukan tindakan keperawatan selama......x....jam pasien mampu :
1.    Self care: ADLs
Kriteria hasil :
1.       Klien terbebas dari bau badan
2.      Menyatakan terhadap kemampuan kenyamanan untuk melakukan ADLs
3.      Dapat melakukan ADLs dengan bantuan
Self Care Assistane : ADLs
1.  Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
2.  Monitor klien untuk alat-alat bantu kesehatan
3.  Sediakan bantuan sampai klien secara utuh melakukan self care
4.  Dorong klien melakukan aktifitas sesuai kemampuan
5.  Ajarkan klien dan keluarga mendorong kemandirian
6.  Beri aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan


DAFTAR PUSTAKA
.
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Nanda NIC-NOC.2012-2014.Aplikasi Asuhan Keperawatan.Yogyakarta: Media Hardy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar