ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat
Adiktif)
A.
Pengertian
Penyalahgunaan zat adalah
penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah.
Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai
penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan
dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek
yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan
fisik (Stuart dan Sundeen, 1995).
Napza adalah singkatan dari Narkotika
Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.Narkotika UU no 22, tahun 1997 adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang
diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara
memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau
tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau
dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.Psikotropika adalah zat
atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat Adiktif Lainnya adalah
bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan. Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun
1997 meliputi ectasy, shabu-shabu, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi
dan anti psikosis
B. Jenis-Jenis Napza
1.
Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy
yang diolah menjadi morfin, kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putaw,
dimana putau mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.Opiate disahgunakan
dengan cara disuntik atau dihisap, dengan nama jalannya adalah putau, ptw,
black heroin, brown sugar. Opiate dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu :
a.
Opiate alamiah :
morfin, opium, codein
b.
OPiate semi sintetik
: heroin/putau, hidromorfin
c.
OPiate sintetik :
meperidin, propoksipen, metadon.
2.
Kokain
Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan
dari tanaman belukar erythroxylon coca, yang berasal dari amerika selatan,
dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya di kunyah-kunyah oleh penduduk
setempat untuk mendapatkan efek stimulan.Nama jalanan dari kokain adalah koka,
coke, happy dust, charliesnow/ salju, putih.
3.
Kanabis (ganja )
Kanabis mengandung delta-9
tetra-hidrokana-binol(THC). Ganja yang dibentuk sebagai rokok merupakan tanaman
yang sudah dikeringkan dan di rajang, kemudian dilinting seperti tembakau.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sindrom amotivasional, yaitu sekumpulan
gejala yang timbul karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang lama dan
dalam jumlah yang banyak sehingga mengakibatkan kemampuan bicara, baca, hitung
akan menurun, kemampuan dan keterampilan sosial terhambat.
4.
Amfetamin
Nama generik
amfetamin adalah D-pseudo efinefrin, yang digunakan sebagai dekongestan.
Amfetamin terdiri dari 2 jenis yaitu MDMA (methilene dioxi methamphetamine) /
ekstasi dan mentafetamin (sabu-sabu).
5. Lysergic acid (LSD)
Biasa didapatkan berbentuk seperti kertas
berukuran kotak kecil, sebesar seperempat prangko dalam banyak warna dan
gambar, ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
6.
Sedatif hipnotik
(benzodiazepine)
Sedatif (obat penenang) hipnotik (obat
tidur) yang disalahgunakan adalah benzodiazepam. Cara penggunaannya dapat
melalui oral, intravena, atau rektal.
7. Solvent/inhalansia
Adalah zat yang berbentuk gas dan dapat
masuk kedalam tubuh melalui sistem pernapasan (paru-paru).
8.
Alkohol
Diperoleh dari
proses permentasi madu, gula, sari buah, atau
umbi-umbian. Hasil permentasi ini dapat diperoleh alkohol dengan kadar
tidak lebih dari 15%, tetapi dengan proses penyulingan dapat dihasilkan alkohol
dengan kadar yang lebih tinggi, bahkan mencapai 100%.
C. Etiologi penyalahgunaan NAPZA
Faktor penyebab pada klien
dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA meliputi:
1. Faktor biologi
Kecenderungan keluarga,
terutama penyalahgunaan alkohol. Perubahan metabolisme alkohol
yang
mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.
2.
Faktor
psikologik
a.
Tipe
kepribadian ketergantungan
b.
Harga
diri rendah biasanya sering b.d penganiayaan waktu masa kanak kanak
c.
Perilaku maladaptif
d.
Mencari
kesenangan dan menghindari rasa sakit
3.
Faktor
sosiokultural
a.
Ketersediaan
dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
b.
Ambivalens
sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti tembakau,
alkohol
c.
Sikap,
nilai, norma dan sanksi cultural
d.
Kemiskinan
dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan kesempatan
D. Rentang Respon Koping Penggunaan Zat
1.
Penggunaan zat
adiktif secara eksperimental ialah:
Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
2.
Penggunaan zat
adiktif secara rekreasional ialah:
Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.
Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.
3.
Penggunaan zat
adiktif secara situasional ialah:
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual,sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat konflik, stress dan frustasi.
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual,sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat konflik, stress dan frustasi.
4.
Penyalahgunaan zat
adiktif ialah:
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan.
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan.
5.
Ketergantungan zat
adiktif ialah:
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.
E.
Perspektif Psikodinamika
Perspektif psikodinamika yaitu
individu yang mengalami masalah penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA,
khususnya pada alkohol mencerminkan adanya kepribadian ketergantungan oral.
Individu tersebut mengalami fiksasi fase oral dalam perkembangan
psikoseksualnya. Individu yang minum alkohol terlalu banyak (alkoholik) pada
masa dewasa merupakan simbolisasi usaha untuk mencapai kepuasan oral. Dengan
kata lain dinyatakan bahwa alkoholisme merupakan representasi fiksasi oral
disebabkan oleh konflik ketidaksadaran pada masa kanak-kanak.
Penyalahgunaan NAPZA dalam
perspektif psikodinamika sangat dipengaruhi oleh kondisi individu pada awal
masa kehidupan nya, sehingga intervensi pada masa kehidupan remaja menjadi
tidak berarti. Dengan demikian pada masa remaja seolah-olah problema
penyalahgunaan NAPZA adalah suatu masalah yang tidak dapat dikendalikan oleh
remaja itu sendiri
F. Tanda dan Gejala
1.
Eforia
2.
Mengantuk
3.
Konstipasi
4.
Penurunan kesadaran
5.
Mata merah
6.
Mulut kering
7.
Banyak bicara dan tertawa
8.
Nafsu makan meningkat
9.
Gangguan persepsi
10. Pegendalian diri berkurang
11. Jalan
sempoyongan
12. Memperpanjang tidur
13. Hilang
kesadaran
14. Berkeringat dan bergetar
15. Selalu
terdorong untuk bergerak
16. Cemas
17. Depresi
18. Paranoid
19. Nyeri
20. Mata dan hidung berair
21. Perasaan panas dingin
22. Gangguan daya ingat
23. Muka merah
24. Mudah
marah
25. Tangan gemear
26. Mual muntah
27. Kelelahan
28. Energy berkurang
G. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Bahan terpenting yang harus diambil adalah urin
2.
Radio immuno-assay mendeteksipecandu
apa bukan, dapat diketahui melalui uji nalorfin.
H.
Penatalaksanaan
1. Pencegahan
1.
Memberikan informasi
dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2.
Deteksi dini
perubahan perilaku
3.
Menolak tegas untuk
mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak pada narkoba.
2.
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama
penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan makanan bergizi
dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila
tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa
gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari.
3.
Pengobatan
a.
Detoksifikasi tanpa
subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b.
Detoktifkasi dengan
substitusi
Patau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon, substitusi
bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas,
misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat
juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut
c.
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melaui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melaui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
I.
Pengkajian
Keperawatan
1.
Data demografi
2.
Keluhan utama
3.
Riwayat penggunaan
zat sebelum nya
4.
Riwayat pengobatan
5.
Faktor predisposisi
6.
Faktor presipitasi
7.
Pemeriksaan fisik
8.
Psikososial
9.
Konsep diri
10.
Hubungan soaial
11.
Spiritual
12.
Status mental
13.
Persepsi
14.
Proses pikir
15.
Isi pikir
16.
Tingkat kesadaran
17. Memori
J. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan
Intervensi
Dx.Kep
|
NOC dan kriteria Hasil
|
NIC
|
Koping individu tidak efektif b.d ketidak mampuan untuk membuat penilaian
|
Setelah dilawatan dilakukan tindakan
keperawatan selama......x....jam pasien mampu :
1. Decision making
2. Role inhasment
3. Sosial support
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Mengungkapkan secara verbal tentang koping
yang efektif
3. Mengatakan penurunan stress
4. Klien mengatakan telah menerima keadaan nya
5. Mampu mengidentifi kasi strategi tentang
koping
|
1. Decision Making
a. Menginformasikan pasien alternatif atau
solusi lain penanganan
b.
Memfasilitasi
pasien untuk membuat keputusan
c.
Bantu pasien
mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari keadaan
2.
Role Inhancement
a.
Bantu pasien untuk
identifikasi bermacam-macam nilai kehidupan
b.
Bantu pasien
identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang dimiliki
|
Resiko tinggi
terhadap kekerasan diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
|
Setelah dilawatan dilakukan tindakan
keperawatan selama......x....jam pasien mampu :
1. Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai
ancaman
2. Mencegah kemungkinan cedera diri sendiri atau
orang lain
3. Keterlibatan pasien dalam kegiatan
interpersonal akan menolong klien kembali dalam realita
|
1. Pertahan kan lingkungan dalam stimulus yang
rendah
2. Ciptakan lingkungan psikososial
3. Observasi perilaku klien setiap 15 menit
4. Singkirkan semua benda berbahaya
5. Lindungi klien dan orang lain dari bahaya
kekerasan
6. Tingkatkan peran serta keluarga dalam setiap
tindakan perawatan
7. Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
8. Lakukan fiksasi jika perlu
9. Berikan obat-obat anti psikotik sesuai
program terapi dan pantau efek samping obat.
|
Defisit perawatan
diri (mandi) bd penurunan ,motivasi
|
Setelah dilawatan dilakukan tindakan
keperawatan selama......x....jam pasien mampu :
1. Self care: ADLs
Kriteria hasil :
1.
Klien terbebas
dari bau badan
2.
Menyatakan
terhadap kemampuan kenyamanan untuk melakukan ADLs
3.
Dapat melakukan
ADLs dengan bantuan
|
Self
Care Assistane : ADLs
1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri
yang mandiri
2. Monitor klien untuk alat-alat bantu kesehatan
3. Sediakan bantuan sampai klien secara utuh
melakukan self care
4. Dorong klien melakukan aktifitas sesuai
kemampuan
5. Ajarkan klien dan keluarga mendorong
kemandirian
6. Beri aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan
|
DAFTAR
PUSTAKA
.
Depkes. (2002). Keputusan
Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan
rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Nanda NIC-NOC.2012-2014.Aplikasi
Asuhan Keperawatan.Yogyakarta: Media Hardy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar