LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES
PIKIR (WAHAM)
1.
Masalah Utama :
Perubahan gangguan proses
pikir : waham
2.
Pengertian
Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan
bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat
diubah-ubah.
3.
Proses
terjadinya waham
Waham
adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik,
reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan mekanisme
pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi,
digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang
kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan
inferioritas, telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi,
waham kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil
pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk
meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi
perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak
dapat disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997)
menggambarkan 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu :
peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan
ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan,
situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi
yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi
yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi
terhadap sesuatu.
4.
Penyebab waham
Penyebab
secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga
diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
5.
Akibat waham
Akibat
dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai
dengan pikiran tidak realistic, flight of
ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak
mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
6.
Manifestasi klinik
waham
Berupa : klien mengungkapkan
sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan
dirinya ) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien
tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
7.
Tipe-tipe
waham
Menurut Kaplan dan Sadock (1997),
tipe-tipe waham antara lain:
a. Tipe Eritomatik: klien dicintai mati-matian oleh
orang lain, biasanya orang yang sangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau
atasanya. Klien biasanya hidup terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan
bekerja dalam pekerjaan yang sederhana.
b. Tipe kebesaran (magalomania) : yaitu keyakinan bahwa
seseorang memiliki bakat, kemampuan, wawasan yang luar biasa, tetapi tidak
dapat diketahui.
c. Waham cemburu, yaitu misalnya cemburu terhadap
pasanganya. Tipe ini jarang ditemukan (0,2%) dari pasien psikiatrik. Onset
sering mendadak, dan hilang setelah perpisahan/ kematian pasangan. Tipe ini menyebapkan
penyiksaan hebat dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan
dapat membunuh pasangan, oleh karena delusinya.
d. Waham kejar : keyakinan merasa dirinya
dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe ini paling sering ditemukan pada
gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana, ataupun terperinci, dan biasanya
berupa tema yang berhubungan difitnah secara kejam, diusik, dihalang-halangi,
diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
e. Waham tipe somatik atau psikosis hipokondrial
monosimptomatik. Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan
yang dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya
gejala psikotik lainya menyatakan gangguan delosional/ waham tipe somatik.
8.
Penatalaksanaan
a.
Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan
hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi
kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak
boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu,
jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah
hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan
dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak
semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa
keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu
kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis
dapat meningkatkan tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap
pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan
klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa
yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga
menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien
memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul.
Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan
terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
b. Terapi Keluarga
Pemberian terapi
perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam proses
pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan
membantu perawatan klien.
9.
Gambaran
Umum Asuhan Keperawatan Gangguan Proses Pikir : waham
a.
PENGKAJIAN
Menurut Rawlins dan
Heacock (1993), pengkajian klien dengan gangguan waham meliputi :
1)
Dimensi
Fisik
(1)
Riwayat
aktivitas sehari-hari :
a) Nutrisi : nutrisi tak adekuat pada waham kejar
b) Tidur : adanya gangguan tidur, oleh karena takut ada
bahaya yang mengancam.
c) Rekreasi, hobby dan minat : penurunan minat, karena
asyik dengan wahamnya
d) Aktivitas sosial : disfungsi, berlebihan atau tidak
pantas.
e) Kebersihan diri : penurunan minat dalam kebersihan
diri
(2) Kebiasaan / kepatuhan terhadap pengobatan
Klien menolak minum obat dan medikasi.
Pada waham kejar kadang-kadang klien mau melaksanakan program pengobatan sesuai
petunjuk, karena merasa ada bahaya bila tidak menuruti
(3) Perilaku merusak
Kurang kontrol diri/ impuls
Ada percobaan bunuh diri
Ada usaha untuk membunuh orang lain
(4) Riwayat kesehatan
Ada tidaknya penyakit skizofrenia, penyakit
organik/ sistemik, intoksikasi obat, kerusakan otak dan kehilangan fungsi
pendengaran.
(5) Pemeriksaan fisik
Pada waham yang berhubungan dengan
somatik, klien akan mengeluh adanya sesuatu dalam tubuhnya sesuai wahamnya.
2)
Dimensi
intelektual
Waham yang menetap
tidak dapat diubah secara logis. Perubahan persepsi terjadi karena adanya waham
curiga, religius, dan somatik, rusak dan lemahnya dalam mengambil keputusan,
insight (daya tilik diri) jelek, ketidakmampuan berpikir abstrak, pikiran
terfokuskan pada waham, ada ide bunuh diri/ membunuh orang lain, penggunaan
mekanisme defensif, seperti proyeksi dan regresif.
3)
Dimensi
emosional
Afek yang tidak
sesuai, datar atau tumpul, adanya perasaan takut terhadap sesuatu yang
diwujudkan dalam perilaku menolak dan isolasi diri, adanya perasaan curiga dan
tidak percaya, bermusuhan atau mudah marah.
4)
Dimensi
spiritual
Adanya kepercayaan
yang berlebihan, ketidakmampuan menikmati, mensyukuri hidup, merasa sebagai
Tuhan, orang kuat dan lain-lain.
5)
Dimensi
sosial
Harga diri rendah,
persepsi tidak realitis, curiga dan tidak percaya, sosial ekonomi rendah,
isolasi sosial menarik diri, dan kadang-kadang suka mendominasi pembicaraan.
Menurut Wilkinson (2005), data yang
diperoleh tentang perilaku kekerasan
dari pengkajian meliputi : usia 45 tahun mempunyai resiko lebih tinggi,
menunjukkan perilaku (menulis cacatan putus cinta, putus asa, peningkatan
kecemasan, marah dan permusuhan)
b. POHON MASALAH
|
c. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU
DIKAJI
1)
Masalah keperawatan :
(1)
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
(2)
Kerusakan komunikasi : verbal
(3)
Perubahan isi pikir : waham
(4)
Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2)
Data yang perlu dikaji :
(1)
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
a)
Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan
benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan
tidak mampu mengendalikan diri
b)
Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara
tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak
dan melempar barang-barang.
(2)
Kerusakan komunikasi : verbal
a)
Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
b)
Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang
(3) Perubahan isi pikir : waham
( ………….)
a)
Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
b)
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung
(4) Gangguan harga diri
rendah
a)
Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri
b)
Data objektif
Klien terlihat lebih suka
sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai
diri/ ingin mengakhiri hidup
d. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2) Resiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan waham
3) Perubahan isi pikir : waham(……………..)berhubungan dengan harga
diri rendah.
e. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
1)
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2)
Tujuan khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat
Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksinya
Tindakan :
1.1.
Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas topik, waktu, tempat).
1.2.
Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan
empati, tidak membicarakan isi waham
klien.
1.3.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
1.4.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri
2. Klien
dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Rasional : dengan
mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk
mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya
Tindakan :
2.1.
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan
klien yang realistis.
2.2.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
2.3.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian
anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari ‑ hari
dan perawatan diri).
2.4.
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya,
dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
3.
Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan
yang tidak terpenuhi
Rasional : dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum
terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan
kebutuhan kien tersebut sehungga klien merasa nyaman dan aman
Tindakan :
3.1.
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
3.2.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas,
marah).
3.3.
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham.
3.4.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
3.5.
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu
untuk menggunakan wahamnya.
4.
Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran
bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga
klien dapat menghilangkan waham yang ada
Tindakan :
4.1.
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas
(diri, orang lain, tempat dan waktu).
4.2.
Sertakan klien dalam terapi aktivitas
kelompok : orientasi realitas.
4.3.
Berikan pujian pada tiap kegiatan
positif yang dilakukan klien
5.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar
akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
Tindakan :
5.1.
Diskusikan dengan kiten tentang nama obat,
dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
5.2.
Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip
5 benar (nama pasien, obat, dosis,
cara dan waktu).
5.3.
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek
samping obat yang dirasakan.
5.4.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6.
Klien dapat dukungan dari keluarga
Rasional : dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat
klien akan mambentu proses penyembuhan klien
Tindakan :
6.1. Diskusikan dengan keluarga
melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow
up obat.
6.2. Beri reinforcement atas
keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, R dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan
Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo
Keliat, Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1.
Jakarta : EGC
- . 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standart Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. Bandung : RSJP
Townsend, M.C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar