BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu panca indera
yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya
teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat
diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang
sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk
matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu
sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan
yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang
sangat gawat.
Salah satu
penyakitnya yaitu glaukoma.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak.
Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan
penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan,
tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma
disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang
nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan
sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50%
penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena
kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi,
diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Menjelaskan pengertian glaukoma.
2. Menjelaskan patofisiologi glaukoma.
3. Menjelaskan penyebab glaukoma.
4. Menjelaskan tanda dan gejala glaukoma.
5. Menjelaskan klasifikasi glaukoma.
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik glaukoma.
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis glaukoma.
8. Menjelaskan fokus pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, serta perencanaan pada glaukoma.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian glaukoma.
2. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
3. Untuk mengetahui penyebab glaukoma.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala glaukoma.
5. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
glaukoma.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis
glaukoma.
8. Untuk mengetahui fokus pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, serta perencanaan pada glaukoma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Glaukoma
adalah penyakit mata yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
intraokular dan pencekungan serta atrofi nervus opticus yang menghasilkan defek
pada lapang pandang dan dapat menyebabkan kebutaan (John H. Direkx, 2004).
Glaukoma
adalah sekelompok gangguan kompleks yang ditandai dengan
degenerasi progresif dari sel-sel ganglion retina, menimbulkan kecacatan
visual, yang mencerminkan atrofi saraf optik, dengan gambaran klinis yang khas.
(M. Gemenetzi dkk, 2012).
Glaukoma
adalah sebuah neuropati optik terkait dengan kematian progresif sel-sel
ganglion retina dan akson
mereka, dan terkait
hilangnya bidang visual (Johns
Hopkins dkk, 2012).
B. PATOFISIOLOGI
Tekanan
intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran Aqueus humor dimana secara kontinue diproduksi oleh badan silier
(sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada
lensa. Aqueua humor yang mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil,
bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekanan
intra okuler (TIO) dipertahankan dalam
batas 10-21 mmHg tergantung keseimbangan produksi dan pegeluaran (aliran) AqH
di bilik mata depan.
Peningkatan TIO
akan menekan aliran darah ke saraf optik
atau nervus optikus dan retina sehingga dapat merusak serabut saraf
optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya
menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea
sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah
nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.
C. ETIOLOGI
Menurut Marlene Hurst,
2008 :
1. Umur : Umur, terutama setelah usia 60,
adalah nomor satu faktor risiko untuk pembentukan glaukoma.
2. Ras : Mereka dari Afrika Amerika,
Meksiko-Amerika, atau keturunan Asia-Amerika memiliki risiko lebih besar
daripada bule untuk mengembangkan glaukoma. Glaukoma jauh lebih mungkin
menyebabkan kebutaan permanen dalam kelompok-kelompok.
3. Riwayat keluarga
glaukoma : Sebuah
riwayat keluarga glaukoma menempatkan
seseorang pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan glaukoma.
Diperkirakan glaukoma dapat memiliki link genetik. Itu
berarti bahwa mungkin ada kerusakan
pada satu atau beberapa gen
yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan terhadap pengembangan glaukoma.
4. Kondisi medis : Ada beberapa penyakit
yang dapat berkontribusi pada
pengembangan glaukoma. Ini
termasuk diabetes, hipertensi
yang tidak terkontrol, penyakit jantung, dan hipotiroidisme.
5. Luka fisik : Trauma mata,
terutama jika parah, dapat menyebabkan peningkatan tekanan bola mata. Lensa
mata juga dapat menjadi dislokasi, yang dapat mengakibatkan penutupan sudut
drainase.
6. Dekat-sightedness
: Hampir-sightedness menyebabkan
benda-benda di kejauhan terlihat
kabur. Hal ini meningkatkan risiko mengembangkan glaukoma.
7. Penggunaan kortikosteroid : Penggunaan jangka
panjang kortikosteroid meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan glaukoma sekunder.
8. Kelainan mata : Beberapa kelainan struktural dari mata yang dapat
menyebabkan glaukoma sekunder.
Glaukoma pigmen, salah satu
contohnya, disebabkan oleh bagian
belakang iris melepaskan butiran pigmen yang
menghambat meshwork trabecular
3.
D. MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Marlene
Hurst, 2008 :
1. Glaukoma
Sudut Terbuka
- Tidak
ada gejala : Pada awal pengembangan glaukoma, penumpukan cairan lambat, dan seperti
bagian lain dari tubuh, dapat mengkompensasi untuk sementara waktu.Jadi
individu bahkan mungkin tidak menyadari bahwa masalah telah dimulai dengan
peningkatan TIO yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan saraf optik.
- Kehilangan
penglihatan perifer : Sebagai IOP terus meningkat, saraf
optik menjadi terpengaruh. Tekanan ini kompres pada saraf optik dan penurunan
suplai oksigen terjadi. Hasil Kerusakan saraf jika tidak ditangani. Akhirnya,
orang tersebut kehilangan penglihatan perifer.
- Visi
terowongan dan akhirnya kebutaan : Sebagai glaukoma berlanjut, lebih banyak
tekanan yang diberikan pada saraf optik ke titik yang terjadi visi terowongan.
Jumlah kematian saraf optik menyebabkan kebutaan. Perlu diingat, glaukoma dapat
terjadi pada satu atau kedua mata.
2. Glaukoma
Akut Sudut Tertutup
- Tiba-tiba sakit mata yang parah : Peningkatan tekanan
intraokular terjadi tiba-tiba, menyebabkan onset mendadak sakit mata. Mata
tidak punya waktu untuk mengimbangi ketika tekanan naik dengan cepat. Hal ini
paling sering terjadi ketika orang itu duduk di ruangan gelap, yang menyebabkan
mata melebar. Sudut berkurang, sehingga mengurangi atau occluding aliran
aqueous humor.
- Penglihatan
kabur : Ini adalah penumpukan tekanan di dalam mata dan sekitar saraf optik yang
menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
- Halos
sekitar lampu : Sekali lagi, itu adalah penumpukan tekanan di dalam mata dan
sekitar saraf optik yang menyebabkan orang untuk melihat lingkaran cahaya.
- Mual
dan muntah : Nyeri berat dapat merangsang pusat muntah.
- Kerasnya
mata saat dipalpasi : Peningkatan tekanan dari cairan.
E. KLASIFIKASI
1.
Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe
yang yang paling umum dijumpai tetapi seringkali tidak ada gejala sampai
terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara
permanen. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada
riwayat dalam keluarga.
Disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekuler. Sudut bilik depan terbuka
normal, pengaliran dihambat karena adanya perubahan degeratif jaringan
trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya hambatan
aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara terus menerus, maka
menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi iris dan siliare
tetapi hal ini biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.
Gejala
yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan biasanya diketahui dengan adanya
peningkatan IOP dan sudut ruang anterior normal seperti: mata terasa berat,
pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang ,
membesarnya titik buta. Pemeriksaan
mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma
Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk
menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
2.
Glaukoma Akut Sudut Tertutup
Glaukoma
sudut tertutup akut adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau
terjadinya penyempitan sudut antara iris dan kornea, Glaukoma ini lebih sering ditemukan karena keluhannya
yang mengganggu.
Disebut
sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor
aquaeos mengalir ke saluran schelemm. Di mana terjadinya penyempitan sudut dan
perubahan iris ke anterior, mengakibatkan penekanan kornea dan menutup sudut
mata, Aqueous Humor tidak bisa mengalir keluar, bilik mata depan menjadi
dangkal.
Gejala
yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah: nyeri
selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo
(terlihat warna-warna) di sekitar cahaya, sakit kepala area mata, mual, muntah,
bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea. Bila
terjadi penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil dan jika tidak ditangani
bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
3.
Glaukoma Sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi
lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata
sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat
meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur
teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
Glaukoma
sekunder adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh
darah dan trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan
sudut tertutup tergantung pada penyebab.
4.
Glaukoma Kongenital
Glaukoma
Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka
terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal
dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik
jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi,
fotofobia blepharospme.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan
lapang penglihatan atau Perimetry bertujuan untuk melihat luasnya kerusakan
syaraf mata. Selama pemeriksaan ini Anda akan diminta untuk melihat suatu titik
di tengah layar dan menekan tombol ketika Anda melihat munculnya titik-titik
cahaya di sekitar layar.
2.
Foto Syaraf Optik
Foto
syaraf optik yang baik dapat membantu dokter mata Anda melihat hal-hal detil
pada saraf optik Anda dan sekaligus mendokumentasikan perubahan / perkembangan
pada saraf optik Anda dari waktu ke waktu.
3. Tonometri
Digunakan
untuk pemeriksaan TIO, tonometri yang sering digunakan adalah appalansi yang
menggunakan lamp (celah lampu) di mana sebagian kecil daerah kornea diratakan untuk
mengimbangi beban alat ukur ysng mengukur tekanan, selain itu ada juga metode
langsung yang kurang akurat yang lebih murah, dan mudah adalah schiotz
tonometer dengan cara tonometer ditempatkan lansung di atas kornea yang
sebelumnya mata terlebih dahulu dianastesi.
4. Gonioskopi
Digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk
membedakan antara glaukoma sudut tertutup dengan glaukoma sudut terbuka.
5. Oftalmoskopi
Digunakan untuk melihat gambaran bagian mata secara langsung
diskus optik dan struktur mata internal.
G. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki
kerusakan penglihatan yang terjadi akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus
glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata,
tablet, tindakan laser atau operasi yang bertujuan untuk
menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan penglihatan
lebih lanjut.
1.
Obat Tetes Mata
Obat tetes mata glaukoma adalah bentuk penanganan yang paling umum dan
paling awal diberikan oleh dokter mata Anda.
2.
Pengobatan untuk Glaukoma sudut terbuka (Johns
Hopkins dkk, 2012)
a. Laser
Trabeculoplasty (LTP)
Laser
Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang digunakan untuk menangani
glaukoma sudut-terbuka. Laser trabeculoplasty merupakan sebuah prosedur di
mana energi laser (argon, YAG, dioda) diterapkan untuk meshwork trabecular
dalam upaya untuk mengurangi resistensi terhadap aliran keluar humor aqueous
itu. Prosedur memerlukan anestesi topikal dan cermin suatu lensa kontak. Ada kalanya Anda tetap perlu melanjutkan
penggunaan obat tetes mata glaukoma sesudah Laser Trabeculoplasty.
b. Operasi Filtrasi
Mata (Trabeculectomy)
Bila
obat-obatan atau prosedur laser tidak dapat mengendalikan tekanan pada mata
Anda, maka akan dilakukan tindakan operasi untuk membuat saluran baru yang akan
memudahkan cairan mata keluar dari mata.
Trabeculectomy ialah bedah insisional yang paling umum
dilakukan untuk menurunkan tekanan intraocular pada pasien glaukoma. Di bawah
anestesi lokal , lorong yang dibuat pada limbus (persimpangan antara kornea dan
sclera) memungkinkan humor aqueous mengalir dari ruang anterior ke ruang antara
sklera dan konjungtiva, sehingga menurunkan tekanan intraocular.
Trabeculotomy umumnya digunakan untuk menurunkan
intraokular tekanan pada glaukoma mempengaruhi bayi dan anak-anak tetapi juga
digunakan pada dewasa dengan glaukoma sudut terbuka. Sebuah probe metal atau
jahitan dilewatkan ke Kanal Schlemm , struktur di mana aqueous humor melewati
saat keluar mata. Probe adalah digunakan untuk mengganggu jaringan yang
biasanya menghambat aliran aqueous humor dari mata , sehingga meningkatkan
outflow dan menurunkan tekanan intraokular.
c. Perangkat
drainase encer
Salah satu dari sejumlah implan plastik yang digunakan
dalam bedah pengelolaan glaukoma dengan tujuan menurunkan tekanan intraokular.
Semua perangkat terdiri dari sebuah tabung yang dimasukkan ke dalam mata dan
piring terhubung ke tabung yang dijahit ke sclera dan ditutupi oleh
konjungtiva. Aqueous humor bergerak melalui tabung dan keluar dari mata untuk
mengeringkan di atas piring ke dalam ruang antara piring dan konjungtiva.
d. Cyclophotocoagulation
Sebuah prosedur di mana energi laser digunakan untuk
merusak silia, mengurangi jumlah aqueous humor yang mereka hasilkan dan dengan
demikian menurunkan tekanan intraokular . Prosedur ini dapat dilakukan melalui
sclera (eksternal cyclophotocoagulation) atau dari bagian dalam mata
(endocyclophotocoagulation).
e. Sclerectomy
dalam
Sebuah prosedur di mana ahli bedah membuat bukaan pada
konjungtiva untuk mengekspos sclera. Dokter bedah membedah flap parsial -
ketebalan sekitar 5 mm lebar sekitar kedalaman satu - ketiga di sklera di
limbus. Sebuah penutup kedua dibedah di bawah lipatan ini untuk meninggalkan
lapisan sangat tipis dari jaringan dan untuk mengekspos kanal Schlemm. Flap ini
mendasari scleral jaringan yang dihapus, dan ahli bedah menangkap atap kanal
Schlemm dan menghapus strip yang sekitar 3 mm. Aqueous humor mampu menembus jaringan
yang tersisa tanpa fullthickness lubang yang diperlukan. Flap eksternal
kemudian dijahit di posisi semula dan konjungtiva dijahit kembali ke tempatnya.
f. Viscocanalostomy
Sebuah
prosedur bedah yang sama untuk sclerectomy dalam ( lihat di atas) tetapi juga
mencakup viskoelastik disuntikkan ke kanal Schlemm secara melingkar dalam upaya
untuk melebarkan kanal Schlemm. Flap eksternal kemudian dijahit di posisi
semula dan konjungtiva dijahit kembali ke tempatnya .
g. Canaloplasty
Sebuah
prosedur yang dimulai dengan sclerectomy mendalam gabungan dan prosedur
viscocanalostomy (lihat di atas) , setelah itu microcatheter dengan ujung
diterangi adalah melewati kanal Schlemm untuk 360 derajat. Sebuah jahitan 10-0
prolene terkait dengan kateter dan ulir di sekitar kanal Schlemm untuk 360
derajat. Kedua ujung jahitan ini diikat di bawah ketegangan dalam upaya untuk
memperluas kanal Schlemm. Flap eksternal kemudian dijahit di aslinya posisi dan
konjungtiva yang diletakkan kembali pada tempatnya.
h. Trabectome
Sebuah
prosedur di mana ahli bedah membuat sayatan 1,7 mm melalui kornea perifer dan
menyuntikkan viskoelastik ke ruang anterior. Trabectome perangkat kemudian
dimasukkan ke ruang anterior dan , di bawah visualisasi menggunakan gonioscopy
langsung dengan mikroskop operasi, yang Trabectome digunakan untuk mengikis
sekitar satu kuadran trabecular jaringan. Trabectome menggunakan pulsa listrik,
rendah energi untuk menguapkan jaringan trabecular, dan aspirasi digunakan
untuk menghapusnya. Viskoelastik akan dihapus dan luka kornea dijahit ditutup.
i. iStent
Sebuah
perangkat di tempatkan ke dalam kanal Schlemm. iStent terbuat dari titanium
nonferromagnetic. Salah satu ujung duduk di ruang anterior dan end posterior
duduk di kanal Schlemm, memungkinkan cairan untuk memotong meshwork trabecular.
itu perangkat dimasukkan di bawah visualisasi langsung ( menggunakan gonioscopy
langsung) melalui 3 mm sementara sayatan kornea jelas. Setelah viskoelastik
ditempatkan di ruang anterior, aplikator adalah melewati sayatan dan perangkat berlabuh
ke dalam kanal Schlemm di sudut hidung. Viskoelastik dihapus dengan irigasi dan
aspirasi.
j. Emas
shunt
Sebuah
perangkat yang menghubungkan ruang anterior ke ruang suprachoroidal. Itu SOLX ™
Emas Shunt adalah persegi panjang emas 24 karat ( 3,2 x 5,2 mm ). Ada dua
piring dengan alur di dalamnya untuk memungkinkan aliran yang lebih tinggi dari
ruang tekanan anterior dengan tekanan rendah ruang suprachoroidal. Konjungtiva
ini disinserted di limbus, dan scleral full-thickness Sayatan dibuat 2 mm
posterior limbus.
Sebuah
pisau sabit digunakan pada 90 persen scleral mendalam untuk mengarahkan bagian
anterior shunt ke ruang anterior dan posterior untuk memotong 2 sampai 3 mm
untuk mengarahkan segmen posterior ke dalam ruang suprachoroidal. Sayatan
scleral ditutup dengan 10-0 jahitan nilon dan konjungtiva ditutup.
k. Obat-obatan
· Obat-obat
miotik
- Golongan
kolinergik ( pilokarpin 1-4 % 5 kali sehari) Karbakol 0,75 – 3 %.
- Golongan
antikolineoterase (demekarium bromid, humorsol 0,25 %) Pilocarpine 0,25.
Pilocarpine adalah obat
miotik yang dipilih dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka, biasanya diberikan
dalam bentuk tetes mata atau tetesan membram (ocusert) yang biasanya diletakkan
pada diatas/dibawah konjungtiva diberikan pada malam hari agar efek miotik
stabil pada pagi harinya dan efek bertahan sampai seminggu, efek yang muncul
biasanya seringkali menurunkan penglihatan selama 1 -2 jam dan dapat
menyebabkan spasme mata yang sering pada orang-orang muda.
·
Obat penghambat sekresi aqioshumor
(adrenergik)
-
Agen penghambat beta adrenergik
/adrenigic beta bloker dapat digunakan secara mandiri atau kombinasi dengan
obat-obat lain seperti Betaxolol mempunyai keuntungan sedikit efek samping pada
pulmonal. Penekanan pada lakrimal selama satu menit dapat mencegah efek sisitemik
yang cepat. Contoh : timolol meleate (timoptic) (tetes 0,25 dan 0,5 % 2 x
sehari), Epineprin 0,5 – 2 % 1-2 x sehari, betaxolol hydrochloride (betoptic),
levobunol hydraochloride (betagan) yang berefek memblok impuls-impuls
adrenergik (sympathetik) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme
yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas.
·
Carbonican hidrase inhibitor
-
Asetazolamid (diamok 125-250 mg 4 x
sehari.
-
Diklorfenamid (metazolamid).
3. Pengobatan
untuk sudut tertutup akut
a. Bahan
hiperosmotik
Yang
biasanya diberikan pada keadaan yang akut yang berat dalam maksud menurunkan
IOP dengan menyerap cairan dari mata, bila osmotik oral tidakefektif atau
meyebabkan mual, manitol dapat diberikan secara intravenous. Contoh :
glicerine, (glycerol, osmoglyn), mannitol (osmitrol), urea (ureaphil, urevert)
berefek meningkatkan osmolaritas plasma darah, meningkatkan aliran aqueous
humor ke plasma :
· Gliserin
(gliserol) p.o 1cc / kg BB. Dalam larutan 50 % air jeruk.
· Manitol
20 % IV. 1-2 gram / Kg BB diberikan 60 tetes / menit.
b. Miotikum
pilokarpin 2-4 % 1 tts 3 x 5 menit kemudian 1 tts. 30 menit /2 jam. Selanjutnya
1 tts / jam sampai operasi.
c. Karbonikan
hidrase inhibitor
Asetasolamit
langsung 500 mg/oral (2 tablet) lalu tiap 4 jam 250 mg, ethoxzolamide(cardase),
dichlorhenamide (daramide), methazolamide (neptazane) berefek menghambat
produksi aqueous humor.
d.
Terapi pembedahan
Terapi
pembedahan dilakukan apabila cara konservatif gagal untuk mengatur peningkatan
IOP antara lain iridotomy/iredektomy dengan membuang sebagian kecil iris dan
membuka saluran antara ruang posterior dan anteriordan biasanya kalau gagal
dapat dilakukan trabeculectomy dengan membuat pembukaan antara anterior dan
rongga subkojungtiva.
H. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data
demografi : Usia > 40 tahun.
2. Riwayat
penyakit mata keluarga.
3. Riwayat
penyakit mata dan riwayat operasi.
4. Riwayat
penggunaan obat-obatan (histamin, kostikosteroid).
5. Riwayat
gangguan penglihatan : lama , kapan terakhir periksa mata dan tonometri.
6. Keluhan
(tanda / gejala) yang menunjukkan adanya glaukoma seperti pada manifestasi
klinis.
7. Pemeriksaan
fisik yaitu periksa TIO.
a. Ada
2 cara periksa TIO
· Digital
(dengan jari tangan )
- Kedua
ujung jari telunjuk diletakan pada kelopak mata bagian atas.
- Klien melirik ke bawah (jangan menutup mata,
karena bola mata akan naik ke atas).
- Tekan bergantian dengan kedua jari tersebut
(seperti memeriksa abses).
Hasil : TIO normal Tn
TIO tinggi : Tn+1,
Tn+2, TN+3 dst.
TIO rendah : Tn-1,
Tn-2, Tn-3 dst.
· Alat
(tonometer)
Tonometer
Schiotz alat ini paling sering dipakai dan mudah penggunaanya. Tonomewter
aplanasi dengan alat ini didapatkan hasil yang lebih cermat, tetapi memelurkan
slitlamp biomikroskop (mahal).
b. Periksa
papil syaraf optic
· Alat
oftalmoskop
Dilihat
papil syaraf optik apakah ada cekungan akibat tekanan yang tinggi (“excavatio”
= “cupping”). Luas cekungan dibanding dengan keseluruhan disk=cup / disc ratio
(c/d ratio). Normal : c/d ratio 0- 0,3. Jika > 0,3 curiga adanya kelainan
(kemungkinan juga kongenital).
c. Periksa
lapang pandangan
Diperiksa
lapang pandangan sebtral dengan alat : TANGEN SCREEN, seluas 30° dari pusat
tajam penglihatan. Untuk mengetahui adanya kerusakan akibat glaucoma dan untuk
follow up glaukoma.
d. Periksa
bilik sudut mata depan
Sederhana
dengan lampu senter, sinari iris dari samping, bila tidak ada bayangan,
sudutnya dalam, sedangkan bila ada bayangan iris berarti sudut sempit.
e. Periksa
Tajam penglihatan (Visus)
Periksa
ini rutin untuk semua klien mata. Pada glaukoma
: Visus 1/60 – 1/300; prognosis tidak baik. Visus 6/6 harus hati-hati, karena kemungkinan lapang
pandanganya sempit. Visus tidak dapat dipakai sebagai : Ada tidaknya glaucoma.
8. Pengkajian
psikososial
a. Kecemasan
b. Mekanisme
koping.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan
persepsi sensori penglihatan b.d. rusaknya serabut syaraf karena peningkatan
TIO.
2. Nyeri
b.d. peningkatan TIO.
3. Ansietas
b.d. kehilangan penglihatan aktual atau potensial dan dampak penyakit kronis
pada gaya hidup.
4. Resiko
cedera b.d. penurunan lapang pandang, kebutaan.
5. Resiko
infeksi b.d. luka operasi.
6. Gangguan
citra tubuh b.d. kebutaan.
J. PERENCANAAN
1. Penurunan
sensori pengelihatan s.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO.
Tujuan : meningkatnya
penurunan lapang pandang dapat dikurangi
Kriteria hasil :
- Klien
dapat meneteskan obat dengan benar.
- Kooperatif
dalam tindakan.
- Menyadari
hilangnya pengelihatan secara permanen.
- Tidak
terjadi penurunan visus lebih lanjut.
Intervensi :
a. Kaji
dan catat ketajaman pengelihatan.
b.
Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat
dilihat/tidak.
- Sesuaikan
lingkungan dengan kemampuan pengelihatan.
- Orientasikan
thd lingkungan.
- Letakan
alat-alat yang sering dipakai dalam jangkuan pengelihatan klien.
- Berikan
pencahayaan yang cukup.
- Letakan
alat-alat ditempat yang tetap.
- Berikan
bahan-bahan bacaan dengan tulisan yang besar.
-
Hindari pencahayaan yang menyilaukan.
c. Gunakan jam yang ada bunyinya.
d. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat
diterima klien.
e. Anjurkan pada alternatif bentuk rangsangan
seperti radio, TV.
2. Nyeri
b.d. peningkatan TIO
Tujuan
: Nyeri berkurang dan klien berada pada tingkat kenyamanan.
Kriteria
hasil :
- Klien
tidak mengeluh nyeri.
- Tekanan
intra okular normal/turun.
- Ekspresi
wajah tenang.
Intervensi :
a. Kaji
tipe, intensitas, dan lokasi nyeri. Gunakan tingkat skala nyeri untuk
menentukan dosis analgetik.
b. Pertahankan
istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang dan gelap dengan kepala
ditinggikan 30° atau dalam posisi nyaman.
c. Istirahatkan
klien dalam ruangan yang tidak menyilaukan mata dengan posisi kepala agak
ekstensi atau posisi yang nyaman bagi klien.
d. Anjurkan
tehnik relaksasi.
e. Hindari
mual muntah, berikan anti emetik bila perlu.
f. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgetik.
3. Ansietas berhubungan dengan penurunan
penglihatan, kurangnya pengetahuan.
Tujuan : Ansietas
berkurang
Kriteria hasil :
- Berkurangnya perasaan gugup.
- Mengungkapkan pemahaman tentang rencana
tindakan.
- Posisi tubuh rileks.
Intervensi :
a. Hati-hati menyampaikan hilangnya pengelihatan
secara permanen.
b. Berikan kesempatan klien mengekspresikan
tentang kondisinya.
c. Pertahankan kondisi yang rileks.
d. Jelaskan tujuan setiap tindakan.
e. Siapkan bel di tempat tidur dan intruksikan
klien memberikan tanda bila mohon bantuan.
f. Pertahankan kontrol nyeri yang efektif.
4. Resiko
cedera berhubungan dengan penurunan lapangan pandang.
Tujuan : Klien tidak
mengalami cedera.
Kriteria hasil :
- Klien
dapat menjelaskan cara mencegah injury.
- Klien
mampu mendemontrasikan tentang kewaspadaan kecemasan.
- Klien
meminta bantuan petugas saat memenuhi kebutuhan.
Intervensi :
a. Orientasikan
klien terhadap lingkungan ketika tiba.
b. Jelaskan
asal mula penurunan penglihatan perifer dan hubungannya suka menabrak benda.
c. Anjurkan
untuk menengokkan kepala untuk melihat ke setiap sisi.
d. Atur
ruangan agar leluasa untuk berjalan-jalan.
e. Lakukan
modifikasi lingkungan untuk memindahkan semua bahaya:
- Singkirkan
rintangan pada tempar lalu lalang.
- Sungkirkan
gulungan dari kaki.
- Singkirkan
barang-barang yang mungkin dapat mencederai klien.
- Bantu
klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah terhadap bahaya yang mungkin
terjadi.
5. Resiko infeksi b.d.
luka operasi.
Tujuan : infeksi
dapat dicegah/dikontrol.
Kriteria hasil :
terbebas dari tanda dan gejala infeksi.
Intervensi :
a. Cuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
b. Tingkatkan
nutrisi yang cukup (bergizi dan mengandung vitamin A).
c. Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
d. Monitor
kerentanan terhadap infeksi.
e. Inspeksi
kondisi luka/insisi bedah.
f. Instrusikan
klien untuk minum antibiotik sesuai yang dianjurkan.
g. Ajarkan
klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi, serta cara menghindari
infeksi.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya
lesi pada kulit yang mempengaruhi penampilan.
Tujuan :
klien bisa menerima keadaannya.
Kriteria
hasil : mendiskusikan strategi untuk mengatasi perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
a.
Kaji pengetahuan pasien trehadap adanya potensi
kecacatan yang berhubungan dengan pembedahan dan atau perubahan kulit. R : memberikan
informasi untuk menformulasikan perencanaan.
b.
Pantau kemampuan pasien untuk melihat perubahan bentuk
dirinya. R : ketidakmampuan untuk melihat bagian tubunhya yang terkena mungkin
mengindikasikan kesulitan dalam koping.
c.
Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaan mengenai
perubahan penampilan dari pembedahan. R : memberikan jalan untuk mengekspesikan
emosinya.
d.
Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat. R :
meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang lebih membantu pasien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma merupakan bagian penyakit mata yang
menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah
dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Hilangnya penghlihatan pada
kasus glaukoma tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada organ mata sedini mungkin, apalagi glaukoma
seringkali timbul tanpa gejala sampai pada tahap akhir, kecuali glaukoma jenis
akut (tekanan bola mata tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit dan
pegal).
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif
Amin Huda, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Edisi
revisi. Jilid 1. Yogyakarta : MediAction
www.google.com Makalah Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma